Bikin Kacau! Berikut 5 Pemimpin Terburuk Sepanjang Pandemi Covid-19

- 17 Oktober 2021, 18:30 WIB
Perdana Menteri India Narendra Modi dianggap sebagai salah satu pemimpin terburuk dalam menghadapi Covid-19 di negaranya.
Perdana Menteri India Narendra Modi dianggap sebagai salah satu pemimpin terburuk dalam menghadapi Covid-19 di negaranya. /Tangkapan Layar Twitter.com/@ANI



GALAJABAR - Pandemi Covid-19 memang hampir menyerang negara di seluruh dunia.

Dalam mengatasi penyebaran Covid-19, masing-masing pemimpin dalam sebuah negara berupaya untuk mencari cara agar Covid-19 tidak menyebar ke banyak orang.

Diketahui, Covid-19 mulai melanda dunia sejak awal tahun 2020 lalu memang menjadi pukulan telak bagi sejarah hidup manusia.

Baca Juga: JANGAN SAMPAI TERLEWAT! Final Thomas Cup Indonesia VS China, Berikut Link Live Streamingnya!

Akibat pandemi Covid-19 ini, korban jiwa pun berjatuhan. Terhitung 4,55 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat terpapar virus Corona.

Dilansir Galajabar dari  Quartz India, Covid-19 memang sulit dikendalikan dan para pemimpin politik hanyalah bagian dari kalkulus dalam hal manajemen pandemi.

Merebaknya kasus Covid-19 lantas membuat sejumlah pemimpin di dunia  dilaporkan masih minim usaha untuk memerangi pandemi Covid-19 di wilayah mereka.

Baca Juga: Heboh, Usai 'Walk Out' dari Karantina, Kini Rachel Vennya Jadi Duta Covid-19, Satgas Tegas: Itu Tidak Benar!

Oleh karena itu, tak jarang dari mereka justru meremehkan, mengabaikan sains, hingga mengabaikan intervensi kesehatan.

Lantas siapakah pemimpin di dunia yang di klaim sebagai pemimpin negara terburuk? Berikut 5 pemimpin negara terburuk di dunia selama pandemi Covid-19:

1. Narendra Modi dari India

Perdana Menteri Narendra Modi dinilai gagal oleh rakyatnya karena pada Mei 2021, India menjadi pusat baru pandemi global dengan catatan kasus positif Covid-19 harian capai 400.000 kasus.

Baca Juga: Faisal Basri Ungkap Gaji TKA China yang Kerja di Indonesia, Bisa Sampai Rp 17-54 Juta: Luhut Omong Kosong

Selama tsunami Covid-19 di negara itu, banyak pasien sekarat karena minimnya fasilitas kesehatan. Termasuk di antaranya keterbatasan oksigen.

Sebelumnya pada Januari 2021, Narendra Modi telah mengklaim bahwa India telah membendung virus Corona dengan efektif pada pernyataannya di forum global.

Bahkan pada April 2021, Modi dan anggota partainya mengadakan rapat umum kampanye di luar ruangan sebelum pemilihan April.

Selain itu, dia juga mengizinkan festival keagamaan yang menarik jutaan orang dan berlangsung mulai Januari hingga Maret 2021.

Baca Juga: Fadli Zon: Lobi China di Indonesia Terlalu Kuat, Wajar Ada yang Melabeli Pemerintah ‘Antek’

Pejabat kesehatan di negara itu percaya, festival keagamaan menjadi salah satu faktor penyebab tsunami Covid-19 di India.

Perdana Menteri Narendra Modi dinilai gagal oleh rakyatnya karena pada Mei 2021, India menjadi pusat baru pandemi global dengan catatan kasus positif Covid-19 harian capai 400.000 kasus.


2. Jair Bolsonaro dari Brasil

Presiden Brasil, Jair Bolsonaro gagal menyelamatkan banyak warganya setelah menganggap Covid-19 hanya sebagai flu kecil.

Jair Bolsonaro mengintervensi kementerian kesehatan di negaranya dengan mencampuri urusan administrasi seperti pengungkapan data dan pengadaan vaksin.

Baca Juga: Lesti-Billar Tak Sabar Anak Pertamanya Akan Segera Lahir, Istri Rizky Billar: Sebentar Lagi Bertiga

Selain itu, dia menghalangi upaya pemerintah bagian untuk menerapkan pembatasan sosial, serta menggunakan kekuatan dekritnya untuk tetap mengizinkan sektor bisnis tetap buka, termasuk spa dan gym.

Bolsonaro juga mempromosikan obat-obatan yang belum terbukti untuk mengobati pasien Covid-19. Salah satunya adalah hydroxychloquine.

Lebih jauh, dia justru menyalahkan pemerintah negara bagian, Cina, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atas krisis Covid-19 di negaranya.

Baca Juga: MasyaAllah, Meski Banjir Rezeki hingga Puluhan Juta, Kakek Suhud Berniat Akan Beri Santunan pada Anak Yatim

3. Alexander Lukashenko dari Belarusia

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dilaporkan telah mengabaikan pandemi Covid-19 dengan menolak percaya terhadap keberadaan virus Corona.

Di saat negara-negara lain sudah mulai melakukan lockdown, Alexander Lukashenko justru memilih untuk tidak melakukan pembatasan apa pun untuk mencegah penyebaran Covid-19 di negaranya.

Dia justru mengklaim bahwa virus Corona dapat dicegah dengan minum vodka, mengunjungi sauna, dan bekerja di ladang.

Baca Juga: 'Perang Dingin' dengan Baim Wong Mereda, Kini Kakek Suhud Banjir Rezeki hingga Puluhan Juta: Alhamdulillah...

Alexander Lukashenko mengatakan bahwa dirinya telah terpapar Covid-19 namun tak menunjukkan gejala apa pun.

Karenanya, dia tetap kukuh mengatakan bahwa Covid-19 bukanlah ancaman serius.

4. Andres Manuel Lopez Obrador dari Meksiko

Akibat kegagalan kepemimpinan Andres Manuel Lopez Obrador, Meksiko memiliki tingkat kematian akibat Covid-19 di dunia.

Selama pandemi melanda negaranya, Andres Manuel Lopez Obrador justru meminimalisir situasi darurat. Dia dilaporkan menolak memberlakukan lockdown dan malah mengadakan rapat umum secara nasional.

Baca Juga: 11 Tahun Jadi Asisten hingga Sempat Cekcok dengan Ayu Ting Ting, Sang Asisten: Alhamdulillah, Jadi Keluaga

Selain itu, Obrador kerap kali menolak menggunakan masker.

Parahnya, anggaran kesehatan yang digelontorkan hanya sedikit, sehingga para ahli mengatakan bahwa anggaran tersebut tidak akan cukup untuk mengatasi pandemi Covid-19 di Meksiko.

5. Donald Trump dari Amerika Serikat

Presiden Donald Trump dinilai telah menghancurkan Amerika Serikat setelah negeri Paman Sam itu dilanda krisis kesehatan yang parah selama 100 tahun terakhir akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga: Pengamat: Sikap Risma Berbanding Terbalik dengan Jokowi dan Megawati, Makin Layak Dicopot dari Mensos

Donald Trump sering kali menyangkal pandemi Covid-19 yang melanda negaranya, menyebarkan informasi yang salah, hingga kepemimpinan buruk yang dinilai telah merugikan negara.

Selama pandemi Covid-19, angka kesenjangan sosial di Amerika Serikat pun meningkat. Hal ini memperkuat ketidaksetaraan seperti kemiskinan, ketidakstabilan, dan buruknya kualitas pendidikan.***

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x