Longsor Sumedang: Ahli ITB Ingatkan Bahaya Longsor Susulan

- 14 Januari 2021, 09:00 WIB
Hari Kelima, Tim SAR Gabungan Proses Evakuasi di Longsor Sumedang
Hari Kelima, Tim SAR Gabungan Proses Evakuasi di Longsor Sumedang /Foto : Basarnas/


GALAJABAR - Ahli bidang longsoran tanah dan geologi teknik ITB, Dr. Eng. Imam Achmad Sadisun, S.T., M.T., mengingatkan bahaya longsor susulan di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.

Kesimpulan tersebut ia peroleh setelah tim dari KK Geologi Terapan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB telah meninjau lokasi terjadinya longsor.

Seperti diketahui, pada Sabtu 9 Januari 2021 terjadi longsir di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Longsor tersebut telah menimbulkan korban jiwa.

Baca Juga: Ratusan Rumah di Tasikmalaya Terendam Banjir Luapan Air Sungai Citanuy dan Cikidang

Imam mengungkapkan, tim menemukan rekahan lain dengan jarak 7 meter dari lokasi kejadian di bagian atas lereng dekat ke jalan.

Dari rekahan yang ditemukan perlu menjadi kewaspadaan akan bahaya longsoran susulan.

"Kita melihat longsoran susulan ini belum berhenti. Tim ITB ke sana retakan itu ternyata masih ada sampai ke jalan di perumahan yang ada di atas dan paling jauh jaraknya 7 meter, nah ini suatu saat bisa jadi meluncur lagi (longsor)," ujarnya dalam siaran pers yang diterima galajabar.

Baca Juga: Dinas Kesehatan Kota Bandung Distribusikan 25.000 Vaksin Covid-19 ke 191 Fasilitas Kesehatan

Ia mengatakan, longsor yang terjadi di Cimanggung tidak hanya sekali terjadi.

Setidaknya ada empat kali kejadian longsoran menurut banyak saksi mata di lokasi tersebut.

"Dari berbagai dokumentasi foto dan video, dapat diamati dengan jelas bahwa longsoran susulan cenderung berkembang manuju arah gawir utama atau mahkotanya,” ujarnya.

Menurut Imam, jika melihat peta geologi di daerah tersebut, lokasi tempat terjadinya longsor itu masuk zona merah dan kuning.

Baca Juga: MENGEJUTKAN! Bayern Muenchen Tersingkir dari Piala Jerman oleh Klub Divisi Dua

Artinya memiliki potensi longsor yang tinggi dan sangat tinggi.
"Sehingga untuk perumahan dan pemukiman peruntukkannya sangat terbatas," ujarnya.

Ia pun menyarankan agar pihak terkait selalu memperhatikan UU Penataan Ruang dan Lahan di kawasan yang berpotensi longsor.

Ia menjelaskan, longsoran yang terjadi bukanlah jenis longsoran biasa, melainkan bisa dikatakan sebagai longsoran kompleks.

Kejadian di Sumedang ini menurutnya terjadi karena proses gelinciran (sliding) pada bagian atas hingga proses aliran (flowing) di bagian tengah dan bawah sistem longsoran.

Baca Juga: Kalahkan Marseille, PSG Juara Piala Super Prancis ke-8 Kali Secara Beruntun

"Kejadian longsoran yang diikuti oleh proses aliran lumpur atau bahkan aliran bahan rombakan umumnya menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan,” katanya.

Berdasarkan pengamatan dan analisis Imam, area longsoran Cimanggung ini berawal dari bagian tengah sistem lereng yang ada.

Tempat inilah awal terganggunya kesetimbangan atau kestabilan lerengnya ditambah dengan terjadinya hujan lebat.

Selain itu di area tersebut lahannya sudah banyak dibuka untuk area perumahan, baik pada bagian atas lereng, tengah hingga pada bagian bawahnya.

Baca Juga: Ariel Noah dan Risa Sarasvati Bakal Divaksin Covid-19 Pagi Ini

Kenaikan tekanan pori dan berat isi material pembentuk lereng oleh infiltrasi air hujan, telah memberikan kontribusi yang sangat berarti pada proses terbentuknya longsoran ini.

Terkait akan bahaya longsoran susulan, Imam mengusulkan agar pemerintah segera melakukan upaya penanganan. ***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x