Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 14)

- 18 Mei 2021, 09:26 WIB
Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 14)
Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 14) /NDTV.com



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Nyonya Saigo memberitahu Ieyasu jika sebelumnya ia baru saja berpapasan dengan Tsukiyama.

Namun juga, ia memberitahu bahwa ia melihat Putri Toku dalam keadaan takut di depan ruangannya.

Ieyasu pun terkejut bahwa firasat buruknya terjadi. Takdir Tsukiyama telah tertulis jelas. Malaikat maut akan segera datang menjemputnya.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

Malam yang sunyi dan angin yang dingin membawa seseorang untuk menyusuri lorong Istana Tokugawa. Putri Gotoku atau Putri Toku menyusuri lorong setelah ia selesai mengambil keperluan untuk putri-putrinya.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 4)

“Tunggu sebentar! Kau tidak berniat untuk memilih salah satu keturunan Katsuyori untuk kau jodohkan dengan putra kita, bukan?!”

Angin serasa berhenti berhembus dan suara Ieyasu terdengar dengan jelas di telinga Putri Toku. Langkahnya terhenti tepat di hadapan ruangan ayah mertuanya.

Hatinya berdegup kencang ke telinganya dan tangannya bergetar hebat. Keringat dingin mulai membahasi pelipisnya.

Putri Toku berharap apa yang ia dengar hanyalah sebuah halusinasi. Ia berharap Ieyasu tidak benar-benar mengatakannya.

Ia bahkan tidak berharap mendengar kata-kata yang menurutnya sangatlah mengerikan itu. Tapi, siapa yang memberi ide seperti itu?

“Aku tidak mungkin membahayakan keselamatanmu dan putraku. Tapi yang paling aku khawatirkan adalah bagaimana jika mereka mengincar adiknya?! Bagaimana jika musuh-musuhmu mengincar Kame dan cucu kita?! Ini celah empuk bagi musuh-musuhmu dan Nobuyasu!”

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 5)

Benar, itu suara milik Nyonya Tsukiyama, ibu mertuanya.
Putri Toku tidak tahan mendengar apapun lagi.

Ia tahu Tsukiyama dan dirinya tidak akur. Tapi hatinya terlalu sakit saat tahu ia bisa saja dipisahkan dari suaminya.

Matanya yang sudah dibutakan oleh rasa takut pun tidak berniat untuk mendengar kebenaran yang sesungguhnya.
Hatinya langsung menyerap bahwa Tsukiyama berusaha untuk membujuk Ieyasu untuk berkhianat pada ayahnya, Oda Nobunaga.

Ia tidak mau mendengar bahwa sesungguhnya, Tsukiyama hanya memberi saran. Ia memilih Klan Takeda tidak sembarangan.

Ia telah mempertimbangkan kemenangan di pihak suaminya. Dengan kata lain, Tsukiyama tidak berkhianat. Ia justru membantu aliansi Oda-Tokugawa untuk meraih kemenangan aliansi.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 6)

“Aku tidak peduli jika Tuan Nobunaga harus memenggalku selama itu demi keselamatan kedua anakku! Katakan saja padanya aku berkhianat dan biarkan aku mati dengan tenang!”

Saat mendengar Tsukiyama dan Ieyasu selesai berbicara, Putri Toku melangkah mundur. Ia melihat Tsukiyama keluar dari ruangan tersebut dan melenggang pergi, tidak menyadari keberadaannya.

Namun, setitik cahaya lilin semakin mendekat padanya. “I-Ibunda Saigo,” lirih Putri Toku saat menyadari keberadaan Nyonya Saigo.

“Putri Toku, kau baik-baik saja?” tanya Nyonya Saigo. “Apa kau membutuhkan obat atau hal lain dari suamiku?” tanyanya lagi dengan halus.

“A-aku tidak,” ia nampak kesulitan untuk berbicara. Rasa takut sudah mengambil alih pikirannya, menggelapkan matanya, dan membuat hatinya egois.

“Putri… Toku?” bingung Nyonya Saigo.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 7)

“Maafkan aku!” Putri Toku yang takut dihukum oleh ayah mertuanya karena sudah menguping pun memutuskan untuk segera pergi.

Kakinya yang bergetar berusaha untuk membawanya sejauh mungkin, ke sisi lain istana yang lebih gelap dan sunyi.

Hatinya masih berdegup sangat kencang saat ia memasuki ruangannya. Ia menatap kedua putrinya yang sudah tertidur dengan pulas di atas futon.

Ia masih tidak menyangkanya dan menganggap itu sebagai pengkhianatan.

Ia menemukan beberapa kertas di atas mejanya. Ia pun mengambil kuas dan tinta untuk menulis sesuatu di atas selembaran kertas tersebut.

Jemarinya yang putih dan lentik pun mulai mengukir setiap kata-kata dengan aksara yang indah.

Hatinya sudah dibutakan oleh keegoisan, rasa takut, dan dendam.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 8)

Dalam tulisan itu ia meminta pada siapa pun yang ada di luar sana untuk menurunkan seorang malaikat maut untuk orang yang saat ini sangat ia tidak sukai.(bersambung...)**

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x