Peringatan Maulid Nabi, Mulai dari Membaca Manakib Nabi Muhammad Hingga Maudu Lompoa

- 12 Oktober 2020, 09:19 WIB
Kaligrafi Nabi Muhammad SAW /pixabay
Kaligrafi Nabi Muhammad SAW /pixabay /pixabay

GALAJABAR - Bagi sebagian umat musli, tanggal 12 Rabiul Awwal diperingati sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Hari itu biasa disebut sebagai Maulid Nabi. Tahun ini, Maulid Nabi jatih pada Kamis 29 Oktober mendatang.

Lalu sebenarnya seperti apa ragam peringatan Maulid Nabi di Indonesia?

Dikutip dari situs nu.or.od, peringatan Maulid Nabi SAW dilakukan dengan berbagai ekspresi. Masyarakat Jawa, misalnya, merayakan Maulid dengan membaca Manakib Nabi Muhammad dalam Kitab Maulid Barzanji, Maulid Simtud Dhurar, Diba’, Saroful Anam, Burdah, dan lain-lain.

Baca Juga: Tertipu Situs Pendaftaran Kartu Prakerja? Menteri Imbau masyarakat Segera Lapor Polisi

Selesai membaca Manakib Nabi Muhammad, biasanya masyarakat menyantap makanan bersama-sama yang disediakan secara gotong royong oleh warga. Masyarakat Muslim tidak hanya bergembira merayakan kelahiran Nabi, tetapi juga bersyukur atas teladan, jalan hidup, dan tuntunan yang dibawa oleh Nabi.

Bangsa Indonesia tidak hanya beragam atau majemuk dalam hal agama, suku, bahasa, seni, dan lain-lain, tetapi juga beragam dalam mengekspresikan tradisi amaliyah keagamaan seperti Maulid.

Seperti di Sulawesi Selatan yang merayakan Mualid dengan cara yang unik. Perayaan Maulid tersebut dinamakan Maudu Lompoa atau Maulid Akbar. Bahkan dirayakan lebih ramai dari hari raya Idulfitri.

Baca Juga: Jalan Tol Jakarta-Cikampek Diperbaiki Mulai Hari Ini Hingga Jumat Mendatang, Hati-hati Macet

Maudu Lompoa berarti Maulid Besar atau lebih dikenal sebagai puncak peringatan maulid. Dalam perayaan ini, warga mengarak replika perahu Pinisi yang dihias beraneka ragam kain sarung dan dipamerkan di tepi sungai.

Salah satu daerah yang terkenal dalam perayaan ini ialah Desa Cikoang, Kecamatan Laikang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Setelah dipamerkan, replika perahu sepanjang lima meter tersebut diangkat dan diarak warga keliling desa. Sepanjang acara, tabuhan gendang atau seni musik Gandra Bulo khas masyarakat lokal terus terdengar.

Baca Juga: BMKG Keluarkan Peringatan Dini untuk Wilayah Jabar, Hari Ini Berpotensi Terjadi Hujan Disertai Petir

Di dalam perahu, disimpan makanan nasi ketan khas Makassar atau biasa disebut Songkolo dan dihias telur berwarna-warni. Sajian makanan ini melambangkan bahtera yang membawa berkah bagi masyarakat Cikoang. Setelah prosesi arak selesai, makanan ini dipersembahkan dalam puncak Maudu Lompoa di Baruga, yang dipimpin oleh pemimpin ritual yang biasa disebut Sayye.

Secara historis, perayaan Maudu Lompoa ini melambangkan sejarah masuknya agama Islam di wilayah selatan pulau Sulawesi yang dibawa oleh pedagang-pedagang Arab.

Baca Juga: Perancis vs Portugal: Mbappe dan Ronaldo Tak mampu Cetak Gol

Peringatan Maudu Lompoa ini juga menjadikan Cikoang, yang berjarak 80 kilometer dari Makassar menjadi tujuan wisata budaya yang menarik bagi wisatawan.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x