Cut Meutia Wafat 24 Oktober 1910, Ini Dia Kisah Cintanya yang Menguras Air Mata

- 24 Oktober 2020, 10:06 WIB
Situs Cut Meutia
Situs Cut Meutia /djkn.kemenkeu.go.id

GALAJABAR - Tepat pada 24 Oktober Tjoet Nyak Meutia meninggal dunia. Tepatnya pada 24 Oktober 1910 di usia 40 tahun.

Tjoet Nyak Meutia atau yang lebih dikenal dengan Cut Meutia adalah pahlawan nasional Indonesia dari Aceh berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.

Namun tahukah kisah cinta Cut Meutia yang bisa membuat air mata anda terkuras?

Dikutip galajabar dari djkn.kemenkeu.go.id dan sejumlah sumber lainnya, Cut Meutia dilahirkan di Keureutoe, Pirak (Perlak), Aceh Utara, pada tahun 1870. Cut Meutia merupakan anak perempuan satu-satunya yang lahir dari pasangan Teuku Ben Daud Pirak dan Cut Jah.

Baca Juga: El Clasico Barcelona vs Real Madrid Menanti Kehadiran Ousmane Dembele dan Sergio Ramos

Ayahnya merupakan salah seorang ulama dan pemimpin pemerintahan di daerah Pirak pada waktu itu.

Selama hidupnya, Cut Meutia pernah menikah sebanyak tiga kali. Suami pertamanya adalah Teuku Syamsarif yang lebih dikenal dengan nama Teuku Chik Bintara. Ketidaksamaan visi dalam perjuangan akhirnya membuat pernikahan mereka tidak berlangsung lama.

Cut Meutia menganggap suaminya bekerja sama dengan Belanda pada waktu itu, sementara Cut Meutia sendiri adalah perempuan yang mati-matian melawan Belanda yang menjajah pada saat itu.

Cut Meutia menikah lagi untuk kedua kalinya dengan Teuku Chik Muhammad yang tak lain adalah saudara dari suami pertamanya.

Baca Juga: Video Musik Via Vallen 'Kasih Dengarkanlah Aku' Diduga Contek IU, Netizen Meradang

Suami kedua Cut Meutia ini lebih dikenal dengan sebutan Teuku Chik Tunong. Bersama suami keduanya ini, Cut Meutia akhirnya semakin semangat melakukan perlawanan melawan Belanda.

Namun akhirnya suami keduanya meninggal karena di eksekusi oleh Belanda di tepi laut kota Lhokseumawe.

Sebelum eksekusinya dijalankan, Cut Meutia bersama putra mereka yang baru lahir mengunjungi sang suami tercinta di penjara. Itulah kali pertama dan terakhir mereka bertiga berkumpul karena Cik Tunang akan dijatuhi hukuman keesokan harinya.

Baca Juga: Komisi III DPRD Bandung Barat Desak Pemda Kaji Ulang MoU TPPAS Legoknangka

Ketika itu, sang suami memberikannya wasiat. Ia meminta Cut Meutia menikah dengan sahabatnya, pangeran Nagroe.

Ternyata Cut Meutia memberi jawaban yang mengejutkan.

"Saya berjanji, saya akan mematuhi wasiatmu, demi cintaku padamu, demi sayangku pada putra kita, Raja Sabi dan demi keyakinanku akan meneruskan perjuangan melawan Belanda, sepeninggalanku kelak," ujar Cut Meutia dengan berlinang air mata.

Namun versi lainnya, Tunong menginginkan Pang Nanggroe menikahi istrinya dan melanjutkan jihad fisabilillah mereka melawan penjajah Belanda.

Seperti yang ditulis oleh Ismail Yakub, dalam 'Cut Meutia'.

Baca Juga: Fantastis! Dana Pemerintah Daerah Sebesar Rp 252,78 Triliun Tersimpan di Bank

"Sudah tiba masanya aku ini tidak terlepas lagi dari tuntutan hukuman. Pada saatnya hari perpisahan kita sudah dekat, oleh sebab itu, peliharalah anakku, aku izinkan istriku kawin dengan engkau dan teruskanlah perjuangan," tulis Ismail.

Setelah Teuku Chik Tunong meninggal, maka sesuai wasiatnya Cut Meutia menikah lagi dengan Pang Nanggroe. Tak ada tanggal pasti pernikahan Cut Meutia dan Pang Nanggroe. Namun, diperkirakan keduanya menikah pada 1907.

Bersama suami ketiganya ini akhirnya mereka melanjutkan perjuangan melawan penjajahan Belanda.

Baca Juga: Cegah Radikalisme, Kemenag Bandung Barat Tunggu Arahan Pusat Mengenai Pedoman Materi Khotbah Jumat

Cut Meutia dikenal dengan sifat pantang menyerahnya. Berkali-kali pasukan Belanda memburunya hingga ke hutan, namun tak pernah berhasil.

Ia akhirnya tewas di tangan Belanda setelah 3 peluru menembus kepala dan dadanya.***

Editor: Brilliant Awal


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x