Vladimir Putin : Negara yang Tidak Bersahabat dengan Rusia Harus Bayar Gas Pakai Rubel

24 Maret 2022, 13:04 WIB
Presiden Rusia, Vladimir Putin /Kremlin.ru

GALAJABAR - Meski perang masih berlangsung antara Rusia dengan Ukraina, namun Rusia masih tetap mengirim pasokan gas ke negara-negara Eropa.

Tapi setelah mendapatkan banyak sanksi, Presiden Rusia Vladimir Putin, pada Rabu, 23 Maret 2022,  meminta negara-negara tak bersahabat yang membeli gas Rusia untuk membayarnya dalam mata uang rubel alih-alih dalam euro seperti ketentuan dalam kontrak yang berlaku saat ini. 

Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat (AS) telah memberlakukan sanksi berat terhadap Rusia sejak Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari. Namun, Eropa sangat bergantung pada gas Rusia untuk pemanas dan pembangkit listrik.

Putin tidak akan berkompromi dalam pembayaran dengan mata uang lainnya termasuk dolar dan euro. Pemimpin Rusia itu akan tetap melanjutkan kontrak pengiriman pasokan gas ke 'negara-negara yang tidak bersahabat' tapi sistem pembayarannya akan berubah dengan mata uang Rusia.

Baca Juga: Ketua Jokowi Mania Dicopot dari Komisaris BUMN Gegara Bela Munarman? Ini Kata Immanuel Ebenezer

Saat ini, negara-negara di Uni Eropa masih memiliki perbedaan pendapat terkait perlu atau tidaknya memberi sanksi pada sektor energi Rusia. Harga gas Eropa melonjak di tengah kekhawatiran terjadinya krisis energi di kawasan tersebut.

Rusia adalah salah satu eksportir terbesar pasokan energi. Eropa adalah salah satu konsumen utama mereka selain Cina. Produk ekspor gas alam Rusia sendiri adalah salah satu yang terbesar di dunia, jauh di atas Amerika Serikat (AS) dan Qatar.

Dikutip dari Antara, pada pertemuan yang disiarkan televisi dengan para menteri pemerintah Putin mengatakan, "Jika Anda menginginkan gas kami, belilah mata uang kami." 

Selain itu, Kementerian Keuangan dan Bank Sentral Rusia juga diwajibkan, dalam waktu satu pekan harus bisa menentukan prosedur pembelian rubel di pasar domestik dan importir gas Rusia.

Baca Juga: Cek Fakta! Anak Setelah Usia 2 tahun Bisa MInum Susu UHT? Berikut Penjelasan Ahli

Para analis melihat keputusan Putin ini sebagai langkah mengejutkan.

"Dia (Putin) pada dasarnya mencoba untuk membuat negara-negara Barat yang memberikan sanksi kepada Bank Sentral untuk bertransaksi dengannya. Tapi ini hanya akan mempersulit transaksi dengan Rusia untuk pasokan energi," ujar Timothy Ash, analis ekonomi, dilansir The Moscow Times.

Penerapan perintah Putin akan memperumit Eropa karena banyak bank negara Rusia, termasuk Bank Sentral, berada di bawah sanksi yang melarang transaksi langsung. Sedangkan pembayaran menggunakan rubel berarti memaksa negara-negara Eropa membeli rubel langsung dari Bank Sentral.

Tetapi transaksi bisa terbukti rumit bagi Eropa karena banyak bank negara Rusia, termasuk Bank Sentral sendiri, berada di bawah sanksi yang melarang transaksi langsung.

Namun, masih belum jelas bahwa Rusia memiliki kekuatan untuk mengubah kontrak jual beli gas secara sepihak atau tidak.

Baca Juga: Secercah Harapan untuk Persib dan Asa Juara bagi Bali United di Kompetisi Kasta Tertinggi, Siapa Pemenangnya?

"Rusia akan terus memasok gas alam sesuai dengan volume dan harga seperti dalam kontrak yang disepakati sebelumnya. Perubahan hanya akan mempengaruhi mata uang pembayaran yang diubah menjadi rubel Rusia," kata Putin.

Beberapa harga gas grosir Eropa naik hingga 30% pada Rabu, 23 Maret 2022. Harga gas grosir Inggris dan Belanda melonjak. Gas Rusia menyumbang sekitar 40% dari total konsumsi Eropa.

Pelanggan gas utama dari Rusia segera memberi komentar terhadap kabar keputusan Vladimir Putin. Austria, Italia, dan Jerman merupakan tiga negara Eropa utama yang membeli gas dari Rusia.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan pengumuman pembayaran dalam rubel adalah pelanggaran kontrak.

Baca Juga: Waspada! Jabar Diguyur Hujan Sepanjang Hari: Berikut Prakiraan Cuaca Wilayah Jawa Barat Kamis, 24 Maret 2022

"Dan kami sekarang akan mendiskusikan dengan mitra Eropa kami bagaimana kami akan bereaksi terhadap itu."

Dilansir BBC, Uni Eropa mengimpor hampir 40 persen gas dari Rusia. Jerman dan Italia adalah dua importir terbesar. Hampir separuh kebutuhan gas Jerman, 42, 6 persen, dibeli dari Rusia. Hungaria, Belanda dan Polandia adalah negara Eropa lain yang banyak mengimpor gas Moskow.

Sementara itu sumber senior pemerintah Polandia menambahkan, Polandia tidak berniat menandatangani kontrak baru dengan Gazprom setelah kesepakatan mereka yang ada berakhir pada akhir tahun ini.***

Editor: Noval Anwari Faiz

Tags

Terkini

Terpopuler