Bentokan Antar Suku Tewaskan 24 Orang, Rumah dan Tubuh Manusia Terbakar

- 6 Desember 2021, 10:50 WIB
Ilustrasi bentrokan antar suku.
Ilustrasi bentrokan antar suku. /DOK. PR /null

GALAJABAR - Bentrokan suku antara orang Arab dan non-Arab menewaskan sedikitnya 24 orang di wilayah Darfur barat Sudan, pada Minggu 6 Desember 2021.

Juru bicara Koordinasi Umum untuk Pengungsi dan Pengungsi di Darfur, Adam Regal menuturkan, pertempuran itu berkembang dari perselisihan keuangan pada malam sebelumnya antara dua individu di kamp Krinding untuk orang-orang terlantar di provinsi Darfur Barat.

Regal mengatakan, pejuang Arab yang dikenal sebagai Pasukan Pertahanan Populer menyerang kamp, membakar dan menjarah properti. Setidaknya 35 lainnya terluka.

Insiden terbaru seperti dilansirkan aljazeera, adalah serangan terbaru dari kekerasan antar-komunal yang mengguncang wilayah yang dilanda konflik.

Baca Juga: Amanda Manopo Is Turning 22 Menggema di Twitter, Penggemar Kirim Ucapan dan Doa

Sebuah tagar yang bertuliskan "Krinding is bleeding" dalam bahasa Arab sedang tren di Twitter pada hari Minggu, dengan pengguna memposting rekaman yang konon menunjukkan rumah dan tubuh yang terbakar yang dibungkus dengan kain kafan.

Kamp itu terletak empat kilometer (2,5 mil) timur ibu kota provinsi Genena, dan menampung orang-orang terlantar dari suku Masalit Afrika, yang terpaksa meninggalkan rumah mereka selama konflik Darfur.

Kekerasan di Krinding adalah yang terbaru yang mengguncang Darfur Barat dalam beberapa pekan terakhir. Bulan lalu, sengketa tanah antara orang Arab dan non-Arab di daerah Jebel Moon menyebabkan bentrokan berdarah yang menewaskan sedikitnya 17 orang dan melukai 12 lainnya.

Menurut Komite Dokter Sudan, di provinsi Darfur Selatan terdekat, bentrokan suku selama dua bulan terakhir telah merenggut nyawa sedikitnya 45 orang di kota Tawila.

Baca Juga: Update Harga Emas Antam dan UBS di Pegadaian Untuk 6 Desember 2021, Yuk Investasi

Bentrokan-bentrokan seperti itu merupakan tantangan yang signifikan bagi upaya otoritas transisi Sudan untuk mengakhiri pemberontakan selama puluhan tahun di beberapa daerah seperti Darfur yang dilanda perang.

Sudan berada di tengah transisi demokrasi yang rapuh sejak pemberontakan rakyat yang memaksa pemecatan pemimpin lama Omar al-Bashir pada April 2019.

Konflik Darfur pecah ketika pemberontak dari komunitas etnis tengah dan sub-Sahara Afrika melancarkan pemberontakan bersenjata pada tahun 2003 , mengeluhkan penindasan oleh pemerintah yang didominasi Arab di Khartoum.

Pemerintah Al-Bashir menanggapi dengan kampanye pemboman udara dan serangan oleh Pasukan Pertahanan Populer, yang dituduh melakukan pembunuhan massal dan pemerkosaan. Hingga 300.000 orang tewas dan 2,7 juta orang terusir dari rumah mereka.***

Editor: Dadang Setiawan

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah