Hubungan Washington dan Teheran Semakin Memanas

- 9 Oktober 2020, 13:19 WIB
Pengunjuk rasa di Teheran, Jumat (3/1/2020), melancarkan protes atas pembunuhan terhadap pemimpin pasukan elit Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani, yang tewas karena serangan udara Amerika Serikat di bandara Baghdad, Irak. *
Pengunjuk rasa di Teheran, Jumat (3/1/2020), melancarkan protes atas pembunuhan terhadap pemimpin pasukan elit Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani, yang tewas karena serangan udara Amerika Serikat di bandara Baghdad, Irak. * /

 

 

GALAJABAR - Amerika Serikat benar-benar ingin membuat Iran terpuruk secara ekonomi. Setelah negara Donald Trump itu kembali menjatuhkan sanksi baru Kepada Teheran, Kamis 8 Oktober 2020.
Sanksi baru pada sektor keuangan Iran, menargetkan 18 bank dalam upaya untuk lebih menghambat pendapatan Iran.
Washington meningkatkan tekanan pada Teheran beberapa minggu menjelang pemilihan AS.

Baca Juga: Ketua Fraksi Gerindra MPR RI Soepriyanto Meninggal karena Terinfeksi Covid-19
Langkah tersebut membekukan aset AS dari bank-bank yang masuk daftar hitam dan umumnya melarang orang Amerika untuk berurusan dengan Iran .
Itu berarti bank asing berisiko kehilangan akses ke pasar dan sistem keuangan AS.
Dalam keterangan resminya, Departemen Keuangan AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa larangan tersebut tidak berlaku untuk transaksi penjualan komoditas pertanian, makanan, obat-obatan atau peralatan medis ke Iran karena memahami kebutuhan rakyat Iran akan barang-barang kebutuhan dasar manusia.

Baca Juga: Rektor Unisba Protes Polisi Tembakan Gas Air Mata ke Dalam kampus
Sebelumnya, sanksi yang dijatuhkan Presiden Donald Trump mulai dari penjualan minyak hingga pengiriman dan aktivitas keuangan. Meskipun sanksi AS itu mengecualikan makanan, obat-obatan, dan persediaan untuk kebutuhan kemanusiaan lainnya, banyak bank asing sudah terhalang untuk berbisnis dengan Iran - termasuk untuk kesepakatan misi kemanusiaan.

Menghalangi
Para analis mengatakan sanksi sekunder dapat semakin menghalangi bank-bank Eropa dan asing lainnya untuk bekerja dengan Iran, bahkan untuk transaksi kemanusiaan yang diizinkan.

Baca Juga: Mantan Dirut PT DI Kembali Diperiksa KPK
"Ini seperti pukulan di wajah bagi orang Eropa, yang telah berusaha keras untuk menunjukkan kepada Amerika bahwa upaya tersebut sangat mengancam bantuan kemanusiaan atau perdagangan untuk misi kemanusiaan ke Iran," kata Elizabeth Rosenberg dari lembaga kajian Center for a New American Security dikutip galajabar dari Antara, Jumat 9 Oktober 2020.
"Mereka juga ingin ... mempersulit presiden masa depan mana pun untuk dapat melepaskan langkah-langkah ini dan terlibat dalam diplomasi nuklir," tambah Rosenberg,.

Baca Juga: Mick Schumacher Ditunggu Sebastian Vettel Tampil di F1 Tahun Depan
Ketegangan antara Washington dan Teheran telah meningkat sejak Trump secara sepihak menarik diri pada 2018 dari kesepakatan nuklir Iran 2015 yang dibuat oleh pendahulunya dan mulai memberlakukan kembali sanksi AS yang telah dikurangi berdasarkan perjanjian tersebut.
Langkah terbaru Washington menargetkan 18 bank utama Iran yang memungkinkan Departemen Keuangan AS menargetkan seluruh sektor ekonomi Iran.
Bank -Bank tersebut antara lain Bank Investasi Amin, Bank Keshavarzi Iran, Bank Maskan, Bank Refah Kargaran, Bank-e Shahr, Bank Eghtesad Novin, Bank Gharzolhasaneh Resalat, Bank Hekmat Iranian, Bank Zamin Iran, Bank Karafarin, Bank Khavarmianeh, Bank Serikat Kredit Mehr Iran, Bank Pasargad, Bank Saman, Bank Sarmayeh, Bank Tosee Taavon, Bank Pariwisata dan Bank Kerjasama Regional Islam.

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x