Tragis, Nasib Buruh Pabrik di Majalaya Kehidupannya Semakin Terpuruk

- 28 Juli 2021, 19:18 WIB
Sekretaris PC FSPSI Kabupaten Bandung Rohman
Sekretaris PC FSPSI Kabupaten Bandung Rohman /Engkos Kosasih/Galajabar/
GALAJABAR - Nasib buruh pabrik tekstil di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung saat ini benar-benar terpuruk dan memprihatinkan. Terutama yang dirumahkan dari tempat kerjanya akibat terdampak pandemi Covid-19. 
 
"Apalagi saat ini banyak perusahaan yang tutup akibat pandemi Covid-19. Kalaupun ada yang masih operasional terkena dampak efisiensi tenaga kerja atau pengurangan pekerja mencapai 50 persen, setelah adanya kebijakan pemerintah dalam penerapan PPKM," kata Ketua PC FSPSI Kabupaten Bandung Adang melalui Sekretaris Rohman kepada galajabar  di Majalaya, Rabu  28 Juli 2021.
 
Ia mengatakan sampai saat ini belum ada solusi untuk menanggulangi persoalan ekonomi para buruh setelah dirumahkan atau berhenti bekerja dari tempat kerjanya. 
 
 
"Kalaupun ada bantuan sosial untuk para buruh itu, hanya para buruh yang masuk keanggotaan BPJS Ketenagakerjaan. Itu juga yang menerima bantuan sosial sebesar Rp 300.000, bagi para buruh yang iurannya lancar," kata Rohman.
 
Disebutkan Rohman, para buruh yang tak masuk kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan sama sekali tak menerima bantuan sosial.
 
"Saya melihat para buruh yang belum masuk kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan cukup banyak dan mereka harus mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun para pengusaha," ujarnya.
 
 
Rohman mengungkapkan, para pekerja yang dirumahkan itu sama sekali tak lagi menerima upah. Ketika mengeluhkan persoalan ekonomi yang dialami para pekerja kepada perusahaan, katanya, pihak pengusaha juga tak bisa berbuat banyak. 
 
"Mengingat tak hanya para buruh yang terdampak ekonomi, nasib para pengusaha pun mengalami hal serupa setelah mengalami kesulitan dalam pemasaran barang tekstil atau produk tekstil," katanya.
 
Rohman mengungkapkan, operasional perusahaan sudah tak lagi normal karena minimnya pesanan/order barang.
 
 
"Kalaupun ada pihak lain yang order barang, operasional perusahaan pun tak optimal karena ada pembatasan tenaga kerja. Bahkan disaat ada order barang dari konsumen, perusahaan menghentikan usahanya. Jadi perusahaan dan buruh sama-sama menderita dampak Covid-19 ini," ungkapnya.
 
Rohman berharap untuk kelangsungan ekonomi para buruh ada solusi dari pemerintah atau pihak lain.
 
"Minimal ada pinjaman modal usaha dari pemerintah atau perbankan," harapnya. 
 
Ia mengungkapkan ada informasi BPR Kertaraharja akan memberikan pinjaman atau kredit lunak bagi para pekerja.
 
 
"Berharap dengan adanya pinjaman itu, para pekerja bisa membuka usaha kecil-kecilan di saat pandemi Covid-19. Soalnya, ekonomi para buruh harus tetap berlangsung," katanya.***

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah