Apakah Kamu Suka Menimbun Barang Tidak Terpakai? Hati-hati Gangguan Mental  Hoarding Disorder Mengintaimu!

6 Juni 2022, 17:20 WIB
Apakah Kamu Suka Menimbun Barang Tidak Terpakai? Hati-hati Gangguan Mental Hoarding Disorder Mengintaimu!/ /instagram@traumatechinc / /

GALAJABAR - Ada beberapa orang yang senang menumpuk barang-barang yang tidak terpakai baik itu miliknya atau milik keluarganya sejak lama.

Dengan berbagai macam alasan, barang-barang tersebut makin menumpuk dan mengganggu kenyamanan ruang. Perilaku tersebut perlu diwaspadai sebagai gejala hoarding disorder.

Mereka akan melakukan penimbunan barang secara kompulsif dan berlebihan yang mungkin dianggap tidak berharga oleh orang lain. Gangguan penimbunan ini juga dikaitkan dengan kelainan fungsi otak dan kinerja neuropsikologi.

Penasaran seperti apa tabiat penderita hoarding disorder dan bagaimana cara mengatasinya? Simak artikel berikut ini, yuk!

Baca Juga: Tidak Hanya Kopi, Efek Kebanyakan Minum Teh Juga Perlu Diwaspadai!

Hoarding disorder adalah perilaku menimbun barang-barang yang tidak terpakai karena barang-barang tersebut dianggap akan berguna di kemudian hari, bersejarah, dan memiliki nilai sentimental.

Barang-barang yang disimpan penderita hoarding disorder beragam, mulai dari koran, buku, makanan, benda kenangan, pakaian, struk belanja, alat rumah tangga, tas plastik, tanaman, hewan, hingga barang-barang bekas yang sudah kotor dan rusak.

Gejala-Gejala Hoarding Disorder

 Berbeda dengan kolektor barang yang mampu merawat dan menata barang-barang koleksinya dengan baik, penderita hoarding disorder atau disebut dengan hoarder, menyimpan barang-barang secara sembarangan dan tidak merawatnya.

Contoh barang-barang tersebut adalah majalah lama, plastik-plastik, kardus, baju-baju lama dan masih banyak lagi. Selalu ada alasan untuk mempertahankan barang-barang tersebut. Keterikatan akan barang-barang tersebut sulit untuk dipisahkan.

Baca Juga: Rusia Kembali Fokus Serang Kiev Setelah Hancurkan Ukraina Timur

Dibandingkan dilakukan penyortiran sesuai dengan fungsinya secara maksimal, lebih baik untuk disimpan hingga hari-hari ke depan dan seterusnya. Bagi seorang hoarder akan sangat disayangkan untuk menyingkirkan barang-barang yang dimiliki.

Hoarding disorder ditandai dengan beragam gejala. Berikut ini adalah di antaranya:

  1. Sulit untuk membuang barang yang sebenarnya tidak ia butuhkan.
  2. Merasa resah saat membuang barang, bahkan merasa marah/tersinggung bila timbunan barang miliknya dibersihkan atau dibuang.
  3. Curiga jika orang lain menyentuh barang miliknya.
  4. Terus menambah atau membeli barang dan menyimpan barang bekas yang tidak ia butuhkan, meskipun tidak ada lagi ruang tersisa di dalam rumah.
  5. Cenderung perfeksionis, sulit memutuskan sesuatu, kesulitan dalam mengorganisasi dan merencanakan hal, sering menghindar, dan menunda-nunda.

Baca Juga: Begini 4 Tips Ampuh Turunkan Berat Badan, Simple dan Mudah Lho!

Sedangkan fakta-fakta hoarding disorder yang perlu kamu ketahui, adalah sebagai berikut :

  1. Gemar menyimpan barang yang seringkali dianggap tidak bernilai 

Bagi seorang hoarder setiap barang yang dimiliki tidak perlu untuk disingkirkan. Semua barang dianggap memiliki nilai dan selalu berharga. Maka barang-barang itu akan menumpuk dan terus bertambah.

Contoh barang-barang tersebut adalah majalah lama, plastik-plastik, kardus, baju-baju lama dan masih banyak lagi. Selalu ada alasan untuk mempertahankan barang-barang tersebut. Keterikatan akan barang-barang tersebut sulit untuk dipisahkan.

  1. Sulit mengorganisir rumah dan cenderung melakukan prokrastinasi

Seorang hoarder memiliki perilaku kompulsif menumpuk barang. Oleh sebab hal tersebut, ruang lega dalam rumah akan berkurang. Akibatnya keadaan rumah tidak tertata dengan baik. Seorang hoarder akan merasa resah jika harus melakukan decluttering. 

Baca Juga: Ikuti Tips Ini Biar CV-mu Dilirik HRD, Coba Sekarang!

Barang-barang terpencar di mana saja. Rumah jadi berantakan dan sesak. Maka seorang hoarder adalah seseorang yang sulit mengambil keputusan dan cenderung melakukan prokrastinasi atau penundaan terhadap tanggung jawab.

  1. Berkaitan dengan gangguan mental lain

Dilansir dari laman Anxiety and Depression Association of America  perilaku hoarding disorder atau perilaku menimbun ini juga terkait dengan gangguan mental lainnya. Yaitu berkaitan dengan obsessive compulsive disorder (OCD), obsessive compulsive personality disorder (OCPD), attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), hingga depresi.

  1. Animal hoarding

Salah satu perilaku hoarder yang lain adalah animal hoarding. Di mana individu senang untuk memelihara hewan, mengumpulkan hewan-hewan tersebut ke dalam rumah

namun tidak ada perawatan dan pembersihan yang baik bagi mereka. Rumah akan semakin kotor oleh kotoran hewan dan rumah akan menuju pada kondisi kekacauan.

Baca Juga: AWAS, JANGAN DITIRU! Berikut 7 Kebiasaan Tidak Sehat Orang Indonesia, Nomor 1 dan 4 Sering Dilakukan!

  1. Mengganggu kesehatan mental diri sendiri dan anggota keluarga

Perilaku hoarding disorder akan memengaruhi kondisi kesehatan mental baik bagi para pengidap ataupun orang di sekitarnya terutama anggota keluarga.

Barang-barang yang terus menumpuk yang sebenarnya bahkan tak bernilai akan memperkeruh suasana rumah, bukan hanya itu namun juga berpotensi mengganggu kesehatan tubuh. Keadaan rumah yang berantakan semakin sempit akan memicu stres dan ketidaknyamanan penghuni rumah.

Penyebab Hoarding Disorder :

  1. Pernah mengalami peristiwa traumatis, seperti ditinggal orang yang dicintai.
  2. Pernah mengalami musibah.
  3. Memiliki anggota keluarga yang juga menderita hoarding disorder.

Selain itu, kebiasaan menimbun barang juga dikaitkan dengan perilaku buruk lain, seperti kecanduan belanja. Gangguan fungsi otak dan kelainan genetik juga mungkin untuk menjadi pemicunya. Di samping itu, hoarding disorder juga sering dikaitkan dengan kondisi-kondisi lain, seperti:

Baca Juga: Resep Cumi Bakar Jimbaran yang Enak dan Menggugah Selera. Jaen Pisan!

- Demensia

- Obsessive compulsive disorder (OCD)

- Depresi

- Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif, atau attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD)

- Psikosis

Cara Mengatasi Hoarding Disorder :

Kelainan ini biasanya bermula sejak remaja atau dewasa muda dan akan semakin sulit ditangani setelah hoarder mencapai usia paruh baya.

Walau mengganggu, tak sedikit orang yang tidak menyadari hal tersebut sebagai kelainan. Ada juga yang sadar tapi tidak ingin mencari bantuan dokter atau psikiater, baik karena malu atau merasa bersalah.

Baca Juga: Ini Tanda-tanda Kena Ghosting saat Proses Taaruf! Simak Tipsnya Agar tak Mudah Baper

Penanganan juga bisa membantu penderita hoarding disorder untuk belajar menata dan memilah barang mana yang diperlukan dan mana yang tidak. Penanganan ini dapat dilakukan dengan psikoterapi.

Selain membutuhkan bantuan psikoterapi, para penderita hoarding disorder juga membutuhkan dukungan dan dampingan anggota keluarga guna memotivasinya untuk berubah.

Hoarding disorder tidak bisa disepelekan,untuk itu jika kamu atau kerabatmu ada yang mengalami gejala dari hoarding disorder, ada baiknya untuk berkonsultasi dengan psikiater guna mendapatkan penanganan yang tepat. Semoga artikel ini bermanfaat.***

Editor: Noval Anwari Faiz

Tags

Terkini

Terpopuler