Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 9)

6 Mei 2021, 13:33 WIB
GUNUNG Fuji.* /PIXABAY



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Ieyasu menyerah pada Tsukiyama. Apalagi, setelah Tsukiyama tiba-tiba memintanya untuk berjanji demi putra dan putrinya.

Tsukiyama berhasil mengeluarkan apa yang mengganjal dalam hatinya pada Ieyasu. Ieyasu pun tidak melepaskan istrinya semalaman penuh. Seakan jika ia melepasnya, Tsukiyama akan menghilang dari hadapannya untuk selamanya.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

Baca Juga: Bupati Dadang Supriatna Pimpin Gebyar Gerakan Tutup Lubang

Ieyasu mendorong Tsukiyama untuk berbaring di atas futon. “Kau bilang kau ingin tidur denganku,” gumam Ieyasu. Ia pun segera bergabung dan menarik selimut futonnya. Ieyasu menarik pinggang Tsukiyama dan merangkul istrinya tersebut.

Tsukiyama yang mulai tenang pun terkekeh dengan manisnya. Ia semakin mendekat pada pelukan Ieyasu. “Rasanya, tepian jauh sedang memberiku berkah,” lirih Tsukiyama. “Kau hangat, Ieyasu.”

“Kau terlalu banyak bicara,” gerutu Ieyasu terdengar tidak jelas di puncak kepala Tsukiyama. Tsukiyama kembali terkekeh.

Baca Juga: Nadiem Nyatakan PJJ Tak Efektif, Gus Nadir : Perbaiki Metodenya Bukan Cuma Mindahin Konten

“Kau tidak perlu khawatir tentang kedua anak kita. Aku akan tetap dan selalu menjaga mereka. Aku berjanji akan terus melindungi mereka. Meskipun mereka lahir dari rahimmu, Nobuyasu dan Kame tetaplah darah dagingku juga. Aku ayah mereka, tentu aku akan terus menyayangi anakku sendiri,” jujur Ieyasu.

“Lalu, aku berutang banyak terima kasih padamu. Aku tidak akan bisa menjadi seorang pemimpin seperti sekarang tanpamu.”

Ieyasu tumbuh dengan cinta berlebih dari Tsukiyama. Sejak Ieyasu menjadi tahanan Klan Imagawa hingga ia dibebaskan dan dinikahkan dengan Tsukiyama demi kepentingan politik. Mau membenci Tsukiyama pun Ieyasu tidak akan mampu. Ia akan mendapati kesepian dalam dirinya sendiri saat Tsukiyama tidak ada di sekitarnya. Ia sudah terbiasa dengan segala sifat dan sikap Tsukiyama yang memang mengjengkelkan namun juga selalu ia rindukan.

Baca Juga: 5 Bantuan dari Pemerintah Ini Siap Cair Sebelum Lebaran, Apa Saja? Segera Cek

Kecantikan, kepintaran, dan keahlian dalam bekerja yang selirnya, Nyonya Saigo miliki tidak akan berarti apa-apa jika dibandingkan dengan Tsukiyama yang sudah menemani Ieyasu dari nol. Ia membantu Ieyasu dalam kesulitan, menemaninya dalam keterpurukan, dan membuatnya kembali bangkit di kemudian hari.

Tsukiyama adalah orang paling berpengaruh dalam hidupnya hingga ia bisa menjadi salah satu sosok pemimpin yang hebat. Ia bahkan menjadi orang yang memasang tonggak awal lahirnya Keshogunan Edo di masa depan. Ia adalah orang yang memahkotakan tahta shogun pertama pada Ieyasu.

Ieyasu mengakuinya. Tanpa bantuan Tsukiyama, ia tidak akan menjadi sosoknya saat ini. Itu sama saja dengan kehilangan separuh jiwanya jika Tsukiyama memang harus pergi meninggalkannya.

Baca Juga: Larangan Mudik Lebaran 2021 Berlaku Hari Ini, Kecuali Orang-orang dari Kelompok Ini

“Jarang sekali kau berterima kasih padaku,” kekeh Tsukiyama. Ieyasu tidak menjawabnya. Namun ia tahu, Ieyasu mendengarkan apa yang sebelumnya ia katakan.
Walaupun itu hanya kebohongan semata, Tsukiyama akan membiarkannya. Ia akan membiarkan Ieyasu berbohong padanya sepanjang malam jika itu berarti bisa berada di pelukan sang suami. Selama Tsukiyama masih terikat janji pernikahan yang suci dengan Ieyasu, ia tidak akan keberatan untuk terus mendengar seluruh kebohongan manis dari Ieyasu.

“Hey, suamiku,” panggil Tsukiyama.

“Apa lagi?”

“Apa kau keberatan jika aku membahas tentang putri Klan Takeda?” tanya Tsukiyama.

“Ya, aku keberatan. Aku lelah setelah ekspedisi. Tidurlah! Kita tidak akan membahas politik di sini!” titah Ieyasu.

Baca Juga: All English Final Chelsea vs Manchester City, Usai Real Madrid Takluk di Stamford Bridge

“Hm, baik.”

Tidak butuh waktu lama hingga angin malam mengirim Tsukiyama ke tanah mimpi. Ieyasu masih asik mengusap surai Tsukiyama dengan lembut. “Firasatku buruk,” gumamnya pada diri sendiri.

Ieyasu mulai khawatir dengan takdir macam apa yang akan menunggunya, istrinya, dan kedua anak-anaknya. Ia menatap istri sahnya itu. Tidak ada yang bisa membuktikan bahwa firasatnya itu benar. Namun sayangnya, firasatnya selalu benar, Karena itulah Ieyasu selalu percaya pada firasatnya.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang akan kau lakukan? Apa rasa cemburumu itu sudah melewati batas hingga kau tak tahan, jadi tepian jauh membisikan sesuatu ke telingamu dan memanggilmu, tidak tahan melihatmu tersiksa?” tanya Ieyasu pada Tsukiyama yang sudah tertidur.

Baca Juga: Cimahi Menjadi Kota Terakhir Pembagian Takjil Snack dan Susu UHT

“Apa kau akan meninggalkanku? Apa tepian jauh akan menjauhkanmu dariku?”

Ieyasu mengecup puncak kepala istrinya itu dan mematikan lilin yang menyala di ruangan tersebut. “Meski hampir semua yang kau katakan itu benar, aku mohon. Kau tetaplah istriku.”

“Jangan kau berani menguji batasanmu sendiri. Jangan berbuat sesuatu yang ceroboh!” itu yang Ieyasu pinta dalam doanya sebelum tertidur. Ia mendoakan keselamatan Tsukiyama dan anak-anaknya. (Penulis: Sadrina Suhendra)***

Editor: Noval Anwari Faiz

Tags

Terkini

Terpopuler