Meskipun sudah bertekad bulat, Tsukiyama tetap merasa gugup. Ia terduduk di ruangannya, sudah dengan kimono putih membalut tubuhnya. Tangannya bergetar tak karuan karena rasa takut tersebut. Tsukiyama berulang kali menghela napasnya untuk menenangkan diri.
“Saya permisi!” Tsukiyama membuka matanya saat mendengar seseorang meminta izin untuk masuk. Ia menatap seorang jenderal yang kini sudah berdiri di hadapannya. “Ini sudah waktunya berangkat,” lapor jenderal tersebut.
“Tadatsugu, apa aku diperbolehkan bertanya?” tanya Tsukiyama dengan tatapan yang kosong.
Baca Juga: Inggris vs Rumania, Eksekusi Penalti Rashford Bawa Three Lions Makin Pede Jelang Piala Eropa
Jenderal Sakai Tadatsugu pun menundukan kepalanya. “Jika sebagai seorang jenderal, saya hanya diberi tugas untuk memberitahukan keberangkatan Anda. Tapi, jika Nyonya benar-benar ingin bertanya, saya akan menjawabnya sebagai seorang pengikut biasa.”
“Bagaimana dengan anak-anakku sekarang? Apa mereka akan melihat proses eksekusiku?” tanya Tsukiyama lagi.
“Putri Kame akan datang dan dikawal langsung oleh suaminya sendiri, Tuan Nobumasa. Sementara itu, Tuan Nobuyasu sudah berada di lokasi pengeksekusian sejak pagi buta.”
Baca Juga: TaK Terbendung, Remy Gardner Menjuarai Grand Prix Catalunya
Tsukiyama mengangkat pandangannya perlahan setelah Jenderal Tadatsugu menjawab. Matanya yang sudah terbakar oleh air mata pun menatap sang jenderal dengan serius.
"Bagaimana dengan Putri Toku? Apa ia akan ikut dengan ayahnya untuk melihat saat terakhirku?”