Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 33)

- 7 Juni 2021, 10:36 WIB
GUNUNG Fuji.*
GUNUNG Fuji.* /PIXABAY
 

GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Ieyasu menyatakan perasaan yang selama dua puluh dua tahun pernikahannya tidak bisa ia ungkapkan. Ia meminta Tsukiyama berjanji padanya untuk tetap memperhaikan Ieyasu menggapai ambisinya.

Ieyasu dan Tsukiyama pun menghabiskan malam terakhir mereka untuk terakhir kalinya.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

Seisi istana sudah dibuat sangat sibuk bahkan sebelum matahati terbit. Satu pasukan kecil sudah berbaris di depan gerbang istana dan beberapa pelayan ikut bersama mereka, membawa nampan berisi berbagai keperluan.

Baca Juga: Sebanyak 2,12 Miliar Lebih Dosis Vaksin Covid-19 Diberikan di Seluruh Dunia, China Terbanyak

“Tuan Junpei, segala keperluan sudah siap,” lapor seorang pelayan.

“Dimengerti. Kita hanya perlu menunggu perintah berikutnya dari Tuan Ieyasu. Kita akan bergerak sebentar lagi!” tutur Junpei dengan tegas. Pelayan tersebut membungkuk untuk undur diri dan pasukan menjawab perintah Junpei secara bersamaan.

Junpei terdiam sejenak. Ia menatap ruangan Tsukiyama yang sudah dijaga ketat oleh banyak pengawal, mengingat kini ia adalah terpidana. Tidak ada satupun pengikut Klan Tokugawa, pelayan atau pun pengawal yang berani mengangkat kepala mereka. Apalagi untuk tersenyum. Seisi wilayah kekuasaan Ieyasu sedang berduka akan kematian Tsukiyama yang tinggal menghitung jam.

Baca Juga: Ikatan Cinta Senin 7 Juni 2021: Papa Surya dan Ibu Rosa Ketahui Reyna Anak Andin-NIno

Sementara itu, Putri Kame yang terbangun bersama sang kakak di ruangan tanpa ibunya harus kembali merasakan kepedihan akan kehilangan. Setelah bersiap, Putri Kame berjalan bersama suaminya, Nobumasa yang terpaksa kembali dan menunda tugasnya.

Nyanyian Tsukiyama semalam masih berdenting jelas di telinga Ieyasu, Nobuyasu, dan Putri Kame. Namun, Putri Kame yang masih bisa mendengarnya dengan jelas. Dendamnya pada Putri Toku semakin tersulut. Ia berusaha untuk mengurung dendamnya tersebut, mengingat ia telah melakukan ritual penyuciannya. Karena itu, Nobumasa ada bersamanya, menjaga Putri Kame jika semisal ia kehilangan kendali.

Di ruangannya, Ieyasu menuangkan segelas anggur merah yang sudah ia campur dengan racun penganggu syaraf ke dalam sebuah botol bening, sesuai dengan permintaan Tsukiyama padanya. Ekspresinya sulit dibaca. Ieyasu sudah dalam kondisi dimana hatinya mati rasa dan tidak bisa merasakan apa-apa lagi.

Baca Juga: Samai Rekor CR7, Kevin De Bruyne Kembali Dinobatkan Pemain Terbaik Versi PFA

Meskipun sudah bertekad bulat, Tsukiyama tetap merasa gugup. Ia terduduk di ruangannya, sudah dengan kimono putih membalut tubuhnya. Tangannya bergetar tak karuan karena rasa takut tersebut. Tsukiyama berulang kali menghela napasnya untuk menenangkan diri.

“Saya permisi!” Tsukiyama membuka matanya saat mendengar seseorang meminta izin untuk masuk. Ia menatap seorang jenderal yang kini sudah berdiri di hadapannya. “Ini sudah waktunya berangkat,” lapor jenderal tersebut.

“Tadatsugu, apa aku diperbolehkan bertanya?” tanya Tsukiyama dengan tatapan yang kosong.

Baca Juga: Inggris vs Rumania, Eksekusi Penalti Rashford Bawa Three Lions Makin Pede Jelang Piala Eropa

Jenderal Sakai Tadatsugu pun menundukan kepalanya. “Jika sebagai seorang jenderal, saya hanya diberi tugas untuk memberitahukan keberangkatan Anda. Tapi, jika Nyonya benar-benar ingin bertanya, saya akan menjawabnya sebagai seorang pengikut biasa.”

“Bagaimana dengan anak-anakku sekarang? Apa mereka akan melihat proses eksekusiku?” tanya Tsukiyama lagi.

“Putri Kame akan datang dan dikawal langsung oleh suaminya sendiri, Tuan Nobumasa. Sementara itu, Tuan Nobuyasu sudah berada di lokasi pengeksekusian sejak pagi buta.”

Baca Juga: TaK Terbendung, Remy Gardner Menjuarai Grand Prix Catalunya

Tsukiyama mengangkat pandangannya perlahan setelah Jenderal Tadatsugu menjawab. Matanya yang sudah terbakar oleh air mata pun menatap sang jenderal dengan serius.

"Bagaimana dengan Putri Toku? Apa ia akan ikut dengan ayahnya untuk melihat saat terakhirku?”

Jenderal Tadatsugu tidak menjawab, membuat Tsukiyama ragu akan pertanyaan sendiri. Namun, Tsukiyama berusaha untuk tersenyum. “Tadatsugu, jika bisa, aku ingin Putri Toku melihat saat terakhirku. Aku tidak akan memaksa, tapi biar kematianku ini jadi pelajaran untuk banyak orang, termasuk untuknya.”

Baca Juga: Sinopsis Buku Harian Seorang Istri 7 Juni 2021: Bu Farah Makin Kepo Tentang Nana, Alya Rencanakan Hal Baru

Jenderal Tadatsugu tidak kuasa melihat senyuman hangat seorang ibu yang sebentar lagi akan kehilangan nyawanya. Ia pun menunduk. “Baik, Nyonya.”

Setelah mendapat izin dari Ieyasu, Tadatsugu segera menyampaikan pesan Tsukiyama tersebut pada Nobunaga dan Putri Toku yang bermalam di luar Istana Tokugawa.
“Nyonya Tsukiyama ingin aku ikut hadir?” tanya Putri Toku berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri setelah menerima pesan tersebut.

“Benar, Putri,” jawab si pengantar pesan.

Putri Toku langsung menatap ayahnya yang nampak tidak tertarik dengan pesan tersebut, meminta keputusan yang tepat.

Baca Juga: Survei Parameter Jokowi Ditolak 3 Periode, Yan Harahap : 2 Periode Aja Belum, Utangnya Sudah Ugal-ugalan

Nobunaga meneguk tetesan terakhir anggur berasnya.

“Kalau kau tidak mau datang atau ketakutan, kau tidak perlu hadir. Toh, Tsukiyama tidak memaksamu. Tapi,” Nobunaga terdiam sejenak. “Kau yang memintaku untuk mengirimkan malaikat maut itu. Tidakkah sebaiknya kau hadir untuk memastikan keinginanmu berjalan dengan lancar? Bagaimana pun juga, kau yang akan bertanggungjawab atas kematiannya nanti.”

Kata-kata dan tatapan menusuk dari ayahnya membuat Putri Toku menelan ludahnya. “B-Baiklah. Beritahu Nyonya Tsukiyama aku akan hadir dalam proses eksekusi tersebut bersama ayahku.”

Baca Juga: Effendi Simbolon : Puan-Anies Baswedan Sebagai Capres 2024, Ganjar Cuma Jadi Menteri

“Baik, saya permisi!” setelah pengantar pesan tersebut menghilang, Nobunaga kembali menuang anggur berasnya. Ia pun meneguk anggur berasnya kembali, berusaha untuk menikmati alkohol tersebut selagi ia masih bisa. (Penulis: Sadrina Suhendra)***

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah