Aksi Brutal Junta Militer Myanmar Tewaskan 50 Pengunjuk Rasa

27 Maret 2021, 18:16 WIB
Para pengunjuk rasa berlindung selama bentrokan dengan pasukan keamanan di Monywa, Myanmar 21 Maret 2021. /Reuters/via REUTERS

GALAJABAR - Sedikitnya 50 orang pengunjuk rasa tewas setelah ditembak pasukan keamanan Myanmar, Sabtu 27 Maret 2021. Data itu dikutip dari Reuters.

"Hari ini adalah hari yang memalukan bagi angkatan bersenjata," kata Dr. Sasa, juru bicara CRPH, kelompok anti junta yang dibentuk oleh anggota parlemen yang digulingkan, kepada sebuah forum daring.

"Para jenderal militer merayakan Hari Angkatan Bersenjata setelah mereka baru saja membunuh lebih dari 300 warga sipil tak berdosa," katanya, memberikan perkiraan kasar jumlah korban sejak protes pertama meletus beberapa pekan lalu.

Baca Juga: Ulama NU Gus Baha Sebut Qurais Shihab dan Habib Rizieq Sama-sama Keturunan Nabi

Sedikitnya empat orang tewas ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan ke kerumunan yang memprotes di luar kantor polisi di pinggiran kota Yangon Dala pada Sabtu dini hari, Myanmar Now melaporkan. Sedikitnya 10 orang terluka, kata portal berita itu.

Tiga orang, termasuk seorang pemuda yang bermain di tim sepak bola lokal U-21, ditembak dan tewas dalam protes di distrik Insein di kota itu, kata seorang tetangga kepada Reuters.

Tiga belas orang tewas dalam berbagai insiden di Mandalay, kata Myanmar Now. Kematian juga dilaporkan dari wilayah Sagaing dekat Mandalay, kota Lashio di timur, di wilayah Bago, dekat Yangon, dan tempat lain, katanya.

Baca Juga: Tanggapi Eksepsi Sidang Habib Rizieq Shihab, Pakar Hukum: Jangan Menyamakan Satu Perkara dengan Perkara Lain

Myanmar Now mengatakan total sedikitnya 50 orang tewas pada hari Sabtu. Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen jumlah korban tewas.

Seorang juru bicara militer tidak menanggapi panggilan ketika dimintai  komentar.

Dikutip galajabar dari Antara, para pengunjuk rasa turun ke jalan hampir setiap hari sejak kudeta yang menggagalkan transisi Myanmar yang lambat menuju demokrasi.

Hingga Jumat malam, kelompok aktivis Asosiasi Pembantu Tahanan Politik (AAPP) menghitung sedikitnya 328 pengunjuk rasa tewas dalam pekan-pekan kerusuhan itu.

Baca Juga: Rute Ini Bakal Jadi Favorit Pecinta Gowes di Purwakarta

Datanya menunjukkan bahwa sekitar seperempat dari mereka tewas akibat tembakan di kepala, menimbulkan kecurigaan bahwa mereka menjadi sasaran pembunuhan.

Faksi etnis bersenjata Myanmar tidak akan berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa jika pasukan junta terus membunuh pengunjuk rasa, kata pemimpin salah satu kelompok bersenjata utama.

"Hari Angkatan Bersenjata Myanmar bukanlah hari angkatan bersenjata, ini lebih seperti hari mereka membunuh orang," kata Jenderal Yawd Serk, ketua Dewan Pemulihan Negara Bagian Shan / Tentara Negara Bagian Shan - Selatan, kepada Reuters.

Baca Juga: Eks Anak Buah Nazaruddin Ungkap Hubungan Ibas dan Eks Pimpinan KPK, Pakar Statistika: Coba ke Mahfud MD

"Ini bukan untuk melindungi demokrasi juga, itu cara mereka merusak demokrasi ... Jika mereka terus menembaki pengunjuk rasa dan menggertak orang, saya pikir semua kelompok etnis tidak akan hanya berdiri dan diam saja."***

 

Editor: Dicky Mawardi

Tags

Terkini

Terpopuler