Tidak Hanya di Indonesia, Minyak Goreng Juga Langka di Jerman dan Belanda

22 Maret 2022, 15:56 WIB
Minyak goreng langka di Jerman//tiktok/keluargabatakdijerman /

GALAJABAR - Indonesia tengah mengalami krisis minyak goreng (migor) dalam beberapa bulan terakhir. Berbagai kebijakan pemerintah pun tidak mampu menyelesaikan masalah ini.

Terakhir, kala pemerintah menyerahkan harga minyak goreng pada mekanisme pasar, sekitar Rp40.000-Rp50.000 per liter, distribusinya mulai banyak.

Sebelum dicabut, harga eceran tertinggi minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter.

Baca Juga: Doa Meluluhkan Hati Suami agar Lebih Lembut dan Makin Sayang pada Istri

Ternyata, kelangkaan minyak goreng ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia. Hal yang sama juga terjadi di negara Jerman. Pemandangan kosongnya rak-rak minyak goreng di supermarket juga dialami oleh masyarakat di sana.

Bahkan, dilansir dari media setempat, iamexpat.de, toko-toko maupun supermarket di Jerman meminta masyarakat untuk membeli bahan makanan pokok seperti minyak goreng dan terigu secukupnya.

Kondisi ini terjadi sebagai respon masyarakat terhadap berita kelangkaan bahan makanan di Eropa yang menyebar di koran dan media sosial akibat dampak perang Rusia dan Ukraina.

Baca Juga: Deddy Corbuzier Pernah Terima Rp150 Juta dari Indra Kenz, Kini Terancam Dipanggil Penyidik

Akibatnya, warga Jerman pun panik, mereka memborong bahan makanan pokok untuk stok selama beberapa waktu.

Sebuah video yang memperlihatkan perempuan kesulitan mencari minyak goreng karena langka belakangan menuai sorotan.

Momen tersebut dibagikan Lia Permata Ade Lona Rajagukguk akun lewat akun @keluargabatakdijerman di TikTok, pada Kamis, 17 Maret 2022. Dalam video berdurasi kurang dari semenit, tampak Lia sedang membeli minyak di supermarket.

Baca Juga: Pemerintah Bukan Gagap Tapi Gagal Atasi Minyak Goreng, Farhan: Akhiri Kenaikan Harga Sebelum Ramadhan!

Lia kemudian mulai bercerita bagaimana susahnya mencari minyak goreng yang sedang langka. Ia bahkan sampai berkeliling ke tiga supermarket di kota yang berbeda demi mendapat minyak goreng.

“Gila, ya, gua se-happy itu setelah keliling ketiga supermarket, akhirnya dapet minyak goreng,” ujar Lia.

Penyebab kelangkaan minyak goreng di Jerman, disebutkan oleh Lia, adalah imbas perang Rusia dan Ukraina. Karena itu pula, orang-orang hanya boleh membeli maksimal 5 botol per keluarga.

Baca Juga: Hasil Survei 86,8 Penduduk Indonesia Miliki Antibodi Terhadap Covid-19, Pandu Riono: Untuk Kendalikan Pandemi

Ia pun mengaku baru mendapatkan minyak goreng di supermarket ketiga yang mereka datangi. Atas saran suaminya, mereka sampai menyusuri kota terpencil di Jerman untuk mendapatkan minyak goreng berbahan dasar biji bunga matahari tersebut.

“Per kemarin di tempat kita, sekeluarga maksimal beli 3 botol. Sebotol 1 liter, harga 1,79 euro atau Rp28 ribuan,” kata Lia ”Lumayan beli 2 botol, setidaknya aman untuk 2 bulan,” lanjutnya.

Tak hanya Jerman, WNI yang tinggal di Belanda juga melaporkan hal serupa. Menurutnya, kenaikan harga komoditas pangan termasuk minyak goreng diakibatkan oleh konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

Baca Juga: Spoiler Ikatan Cinta 22 Maret 2022: Terus Diabaikan Andin, Reyna Ngadu ke Nino Sembari Menangis

Dilansir dari Kabar Belanda, warga Belanda juga panik karena kelangkaan minyak goreng dan aneka tepung. Padahal tepung gandum dan terigu adalah bahan baku utama untuk membuat roti, makanan pokok orang Belanda.

Sebagaimana diberitakan perang Rusia dan Ukraina mempunyai pengaruh besar terhadap perekonomian di Eropa, termasuk Belanda.

Padahal Ukraina adalah pemasok terbesar produk minyak goreng ke Belanda, seperti diungkapkan oleh juru bicara Pusat Biro Makanan (CBL/Centraal Bureau Levensmiddelen).

Baca Juga: Jangan Anggap Sepele, Ternyata Berbuka Puasa dengan Air Hangat Miliki Sejuta Khasiat, Apa Saja? 

Maka tak heran setelah terjadi krisis di negara pecahan Uni Soviet ini, sebanyak dua pertiga dari minyak goreng yang beredar di Belanda berkurang secara drastis.***

Editor: Dicky Mawardi

Tags

Terkini

Terpopuler