Pilpres AS: Pertama dalam Sejarah, Turunkan Garda Nasional Hadapi Rusuh Nasional

- 1 November 2020, 17:30 WIB
DailyMail
DailyMail /

GALAMEDIA - Pertama dalam sejarah, Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serika (AS), pemerintah menyiagakan tentara Garda Nasional.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Minggu (1 November 2020) banyak di antaranya yang menyiagakan Garda Nasional dan unit khusus Polisi Militer.

Di perkotaan sejak akhir pekan toko-toko di Washington DC, New York City, Los Angeles, Denver dan tempat lainnya juga mengantisipasi potensi kekerasan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Amerika modern.

Mereka membarikade kaca-kaca dan pintu sebagai perlindungan dari aksi penjarahan dan perusakan yang belakangan marak. Aksi dipicu bentrokan aktivis masing-masing kandidat baik dari kelompok sayap kanan, Antifa dan lainnya dengan aparat.

Baca Juga: Dinilai Melanggar Netralitas ASN, Kemendagri Tegur 67 Kepala Daerah

Para pakar politik khawatir kerusuhan dapat meluas terlepas dari siapa pun pemenang pemilu kali ini yang memberi warga opsi dua kandidat Donald Trump dari Partai Republik dan Joe Biden dari Demokrat.

Kerusuhan diyakini dapat dimulai bahkan di Hari H jika  pemenang pemilu tidak dapat dipastikan 3 November.

Skenario yang mungkin terjadi mengingat lonjakan warga yang menyalurkan aspirasi melalui pos mengingat pandemi yang masih mencengkeram Amerika.

Pejabat keamanan mempersiapkan berbagai kemungkinan ancaman mulai dari aksi kekerasan massa secara spontan hingga serangan yang lebih terorganisi dan terencana.

Baca Juga: Listrik di  Jakarta dan Bekasi Padam, Aktivitas Warga Terganggu

Kekhawatiran  akan kekerasan dari ekstremis sayap kiri dan sayap kanan meningkat jelang pemilu kali ini.

Meskipun para aktivis di kedua belah pihak bersikeras mereka “hanya mempertahankan diri dari kekerasan dari pihak lain” dan bertekad memastikan pemilihan berlangsung adil.


Washington DC diperkirakan menjadi pusat kerusuhan sipil dengan aktivis sayap kiri bersiap untuk demonstrasi massal saat pemungutan suara ditutup pada hari Selasa.

Kelompok yang dipimpin lack Lives Matter dan Shutdown DC merencanakan even  delapan jam di Black Lives Matter Plaza, satu blok dari Gedung Putih.

Sedangkan Shutdown DC sudah melakukan 'simulasi kehancuran pemilu' yang meliputi aksi menduduki ruang publik tanpa batas dan intimidasi di tempat pemungutan suara.

Baca Juga: Lirik Lagu MINO - Run away yang Tengah Trending di Youtube

Ada juga kelompok ‘reaksi cepat' yang bertugas menanggapi berbagai skenario mulai dari tuntutan penambahan Mahkamah Agung, klaim kemenangan Trump saat hasil resmi belum ditentukan hingga pengerahan pendukung dan milisi ke ibu kota.


Aktivis yang khawatir Facebook dan Twitter takkan bisa diakses juga mempersiapkan kanal komunikasi terenkripsi seperti Signal dan Telegram untuk menjaga jalur komunikasi pada malam pemilihan.

Di pusat kota Washington, para pekerja terlihat mulai melindungi bangunan di sekitar Gedung Putih dengan kayu. Kekhawatiran akan kekerasan dari kelompok sayap kanan muncul setelah sejumlah anggota milisi dituduh merencanakan penculikan Gubernur Michigan Gretchen Whitmer yang merupakan politisi Demokrat.

Awal pekan ini, pendiri Oath Keepers kelompok milisi sayap kanan bersenjata  lainnya bersumpah untuk 'membela dan melindungi warga pada hari pemilu.

Baca Juga: Seri Pamungkas MotoGP di Portugal Digelar Tanpa Penonton

Dalam wawancara dengan penyiar radio sayap kanan kontroversial Alex Jones pada hari Selasa, pemimpin Oath Keepers Stuart Rhodes menuduh Demokrat mencuri hasil pemilihan.

Dia mengatakan kelompoknya akan berada di sekitar Washington DC untuk menghentikan serangan ala Benghazi di Gedung Putih pada malam pemilihan.

“Ketika niat kami adalah membela hak-hak warga, membela dan melindungi mereka pada hari pemilu, mereka memutar balik fakta seolah-olah kami akan melakukan aksi kekerasan,” paparnya.

Kepala Polisi Metro DC Peter Newsham menyatakan seluruh departemennya akan bekerja pada hari pemilihan. Di Washington, lusinan lembaga penegak hukum dipastikan bakal mengontrol landmark dan ruang publik.

Pejabat polisi membatasi hari libur  dan menggelontorkan dana untuk perlengkapan berbahan kimia dan amunisi pengontrol kerusuhan lainnya yang tidak terlalu mematikan. Kepolisian mengakui sebagian besar persediaan telah habis musim panas ini.

Beberapa negara bagian juga mempersiapkan Garda Nasional di antaranya Philadelphia yang sudah menerapkan patroli di jalan-jalan.

Baca Juga: Hari Ini Gunung Merapi Mengalami 26 Kali Gempa Guguran

Garda Nasional di Philadelphia sudah lebih dulu diturunkan sejak pecah protes atas penembakan aparat polisi terhadap Walter Wallace Jr. minggu ini.

Garda Nasional sendiri menunjuk unit polisi militer dengan ratusan pasukan di Alabama dan Arizona yang siap menanggapi kerusuhan dalam 24 jam.

Gubernur Arizona Doug Ducey dari Partai Republik kepada KNXV-TV menegaskan pihaknya tidak akan ragu menurunkan Garda Nasional jika sampai terjadi  kerusuhan sipil.

“Harapan kami tidak ada  kerusuhan sipil, tapi jika terjadi kami telah menyiapkan Garda Nasional dan kami tidak akan ragu untuk mengaktivasi  mereka,” ujar  Ducey.

Baca Juga: Everton Berpeluang Kudeta  Liverpool dari Puncak Klasemen

Sementara Gubernur Wisconsin Tony Evers dari Partai Demokrat mengatakan akan mengerahkan 400 Pengawal untuk menutupi kekurangan pekerja pemungutan suara.

Garda Nasional di New Jersey juga ikut membantu petugas pemilihan seperti  halnya di Delaware, Washington State Guard, dan Tennessee dengan spesifikasi misi sesuai kebutuhan.***

Editor: Brilliant Awal

Sumber: Galamedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah