Dollar AS Terus Terpuruk di Tengah Perhitungan Suara Pilpres

- 7 November 2020, 09:32 WIB
Ilustrasi - Karyawan bank menunjukkan mata uang dollar Amerika Serikat (AS) yang disetor nasabah di bank BNI Kantor Cabang Pembantu (KCP) Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Jumat (14/8/2020). Berdasarkan Kurs Refrensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) nilai tukar rupiah terhadap dollar menguat dan berada di angka 14.917 dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 14.877 per dollar AS. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/nz
Ilustrasi - Karyawan bank menunjukkan mata uang dollar Amerika Serikat (AS) yang disetor nasabah di bank BNI Kantor Cabang Pembantu (KCP) Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Jumat (14/8/2020). Berdasarkan Kurs Refrensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) nilai tukar rupiah terhadap dollar menguat dan berada di angka 14.917 dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 14.877 per dollar AS. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/nz /ARI BOWO SUCIPTO/ANTARA FOTO

GALAJABAR - Nilai tukar dollar AS merosot tajam terhadap mata uang utama lainnya. Bahkan menjadi yang terendah dalam dua bulan terakhir pada perdagangan Jumat (Sabtu 7 November 2020, waktu Indonesia )

Merosotnya nilai tukar dollar AS, tak bisa dilepaskan sari pemilihan Presiden AS yang kontroversial, perlahan bergerak menuju pemerintahan yang terpecah.

Investor memperkirakan lebih banyak kerugian untuk mata uang AS tersebut.

Investor bertaruh bahwa calon Demokrat Joe Biden akan menjadi presiden berikutnya, tetapi Partai Republik akan mempertahankan kendali Senat, yang akan menyulitkan Demokrat untuk meloloskan paket bantuan virus corona yang lebih besar yang telah mereka dorong.

Baca Juga: Raisa dan Afgan Kembali Saling Tunjukkan

Perlunya lebih banyak stimulus digarisbawahi pada hari Jumat 6 November 2020 ketika pemerintah AS melaporkan bahwa pengusaha mempekerjakan pekerja paling sedikit dalam lima bulan pada bulan Oktober.

Itu adalah bukti paling jelas bahwa akhir dari stimulus fiskal sebelumnya dan ledakan infeksi virus corona baru telah melemahkan momentum pemulihan ekonomi.

Lonjakan kasus baru virus corona yang mencapai rekor di beberapa negara bagian AS juga dapat menghambat aktivitas ekonomi.

Baca Juga: Warga di Lereng Gunung Merapi Mulai Diungsikan

"Kami masih berpandangan bahwa ekonomi AS sedang melambat, dan itu terjadi pada dolar yang melemah secara nyata," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions.

Halaman:

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah