Perahu Karam di Tengah Laut Mediterania, 74 Pengungsi Tewas

- 13 November 2020, 22:56 WIB
Regu penyelamat berupaya menyelamatkan korban kapal karam di Selat Khom
Regu penyelamat berupaya menyelamatkan korban kapal karam di Selat Khom /Open Arms/

GALAJABAR - Sebanyak 74 pengungsi tewas karena perahu mereka karam di tengah Laut Mediterania dekat pesisir Khums, Libya, Kamis 12 November 2020.

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melaporkan perahu karam itu sebelumnya membawa total 120 penumpang, yang di antaranya adalah perempuan serta anak-anak.

Tim pencarian dan penyelamatan (SAR) Libya bersama nelayan setempat telah menemukan 30 jasad pengungsi, dan upaya pencarian masih berlanjut. Sejak awal Oktober 2020, IOM melaporkan delapan insiden kapal karam yang jadi sebab puluhan pengungsi tewas di tengah laut.

Baca Juga: Puluhan Rongsokan Bus Transjakarta Habis Dilalap si Jago Merah

"Pembatasan demi pembatasan terhadap kerja-kerja NGO (organisasi non pemerintah, red) terkait upaya penyelamatan harus segera dicabut. Pasalnya, intervensi mereka penting dan sejalan dengan kewajiban menyelamatkan nyawa," kata IOM lewat siaran tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat 13 November 2020.

Otoritas di Libya telah menetapkan kawasan khusus pencarian dan penyelamatan yang membatasi badan-badan asing melakukan operasi penyelamatan terhadap para pengungsi yang menghadapi masalah di tengah laut.

Menurut IOM, seperti dikutip galajabar dari Antara, regu penyelamat Libya memiliki kapasitas dan jumlah anggota yang terbatas sehingga sering kali operasi penyelamatan pun terhambat.

Baca Juga: Jumat Berkah: Komunitas Muslimah Berbagi Kebahagiaan dengan Warga Terdampak Pandemi Covid-19

"Setidaknya pada tahun ini, sekitar 90 orang tenggelam di Laut Mediterania saat mereka berupaya menyeberang ke Eropa. Banyak dari mereka tewas karena lambatnya operasi penyelamatan," kata IOM.

Tidak hanya itu, sekitar 19 pengungsi, yang di antaranya adalah anak-anak, tewas akibat kapal mereka karam di perairan Mediterania dalam tiga hari terakhir, IOM menambahkan

Sejauh ini, operasi penyelamatan hanya dilakukan oleh tim SAR Libya, yang mendapatkan pelatihan dan bantuan dana dari negara-negara anggota Uni Eropa. Sementara itu dari kalangan nonpemerintah, Open Arms merupakan satu-satunya kapal milik NGO yang beroperasi di rute penyeberangan para pengungsi, khususnya di sekitar perairan Mediterania.

Baca Juga: Pengakuan Penyebar Video Asusila Mirip Gisella: Hanya Demi Menambah Follower

Terkait masalah itu, IOM meminta otoritas di Libya segera merevisi kebijakan kawasan khusus pencarian dan penyelamatan.

"IOM meminta zona Pencarian dan Penyelamatan di Libya agar direvisi, sehingga memungkinkan badan-badan internasional turut serta melakukan operasi penyelamatan," kata IOM.

Kerja sama antarlembaga dalam upaya penyelamatanmenjadi poin penting yang disampaikan IOM, khususnya setelah badan PBB itu mencatat kenaikan jumlah pemberangkatan para pengungsi dari Libya ke negara-negara Eropa dalam beberapa bulan terakhir.

Baca Juga: Objek Wisata di Garut Selatan Dilanda Banjir, Akses Jalan Terganggu

Terkait kejadian itu, IOM mendesak pemerintah Libya segera membuka akses dan mengizinkan badan-badan asing turut serta dalam operasi penyelamatan para pengungsi, khususnya saat mereka menghadapi masalah di tengah laut.

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah