Di Tengah Kontroversi Arteria Dahlan, Film Berbahasa Sunda 'Nana' Masuk Nominasi Terbaik Dunia

21 Januari 2022, 22:30 WIB
Film berbahasa Sunda berjudul "Before, Now &Then" (Nana) tembus di ajang festival film internasonal. /Instagram/@kamilandini/

GALAJABAR - Film berbahasa Sunda berjudul Before, Now & Then (Nana) masuk seleksi tayang perdana pada program kompetisi utama 72nd Berlin International Film Festival.

Ini menjadi kabar bahagia sekaligus membanggakan di tengah gejolak yang sempat terjadi beberapa hari belakangan terkait pernyataan anggota Komisi III DPR RI, Arteria Dahlan, yang kontroversial karena dianggap mendiskreditkan budaya Sunda.

Politisi PDIP itu sebelumnya meminta kepada Jaksa Agung untuk mengganti seorang Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) yang menggunakan bahasa Sunda saat rapat.

Baca Juga: Korban Tabrakan Maut di Muara Rapak Balikpapan akan Mendapat Santunan dari Jasa Raharja

Film karya sutradara Kamila Andini dan produser Ifa Isfansyah dan Gita Fara tersebut, berlatar tahun 1960 mengangkat kisah hidup Raden Nana Sunani yang diadaptasi dari penggalan novel 'Jais Darga Namaku' karya Ahda Imran.

Sejumlah artis tanah air seperti Happy Salma, Laura Basuki dan Ibnu Jamil ikut berperan dalam film tersebut.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil merasa bangga atas pencapaian tersebut, terlebih Pemprov Jabar turut mendukung dalam produksi film ini.

"Ini ada peristiwa bersejarah. Ada film Indonesia finalis festival film Berlin dan pertama kali berbahasa daerah yaitu berbahasa Sunda," kata Ridwan Kamil, Jumat 21 Januari 2022.

Baca Juga: Hindari Kecelakaan saat Lampu Merah, Menjaga Jarak Kendaraan Penting untuk Dilakukan

Menurut Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu, pengakuan dunia terhadap karya anak bangsa patut diapresiasi, mengingat saat ini isu kebhinekaan sedang menjadi sorotan.

"Apalagi dengan isu bahasa kebhinekaan yang jadi sorotan, prestasi ini sangat membanggakan, menunjukkan jangan malu berbahasa daerah. Maka lestarikan bahasa daerah dengan cara baru melalui medium film, konten dan sebagainya," terangnya.

Kang Emil menuturkan hal tersebut, terbukti dengan kreativitas yang dihargai oleh dunia.

"Kalau dunia menghargai masa bangsa kita kurang menghargai. Jadi ini poinnya kebangkitan bahasa daerah di dunia internasional melalui masuknya film Nana di Berlin Internasional Film Featival," jelasnya.

Film Nana bisa menjadi momentum bagi pemerintah maupun industri film tanah air, agar lebih mengeksplorasi potensi sejarah lokal untuk diangkat menjadi sebuah karya. Apalagi, banyak cerita legenda Sunda yang bisa diangkat jadi sebuah film.***

 

Editor: Ziyan Muhammad Nasyith

Tags

Terkini

Terpopuler