Perkakas Tradisonal Semakin Terpinggirkan, Terkikis Barang Modern

- 29 Desember 2020, 14:18 WIB
Peralatan tradisional yang biasa digunakan perkakas dapur mulai tergerus oleh perkembangan zaman dan pemanfaatan peralatan modern.
Peralatan tradisional yang biasa digunakan perkakas dapur mulai tergerus oleh perkembangan zaman dan pemanfaatan peralatan modern. /Engkos Kosasih/Galajabar/
GALAJABAR - Bagi generasi lalu, tentunya akan mengetahui dan memahami fungsi serta nama-nama benda tradisional yang biasa digunakan dalam kehidupan rumah tangga.
 
Nama-nama perkaks tradisional itu di antaranya, jubung, tetenong, tampir, said, cecempeh, tolomong, boboko, cangkir kayu, cangkir bambu, emuk (cangkir besar), kendi, dan barang tradisional lainnya. 
 
Ada juga lisung, halu, jubleg, lulumpang yang biasa digunakan untuk nutu atau numbuk gabah kering, namun sekarang sebagian besar menggunakan mesin heler bertenaga diesel. 
 
 
Atep Kustiwa, warga Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung mengatakan, mungkin saja bagi sebagian orang nama-nama barang tradisional itu akan terasa asing. Terutama bagi para pemuda maupun kaum milenial saat ini, yang belum mengenalnya. 
 
"Tapi lain lagi bagi warga yang sudah berusia puluhan tahun yang tinggal di perkampungan dengan adat istiadat tradisional, mungkin saja sudah banyak yang mengenali barang-barang tradisional yang digunakan perkakas dapur tersebut," kata Atep Kustiwa, S.Pd,. M.M., kepada galajabar di Ibun, Selasa  29 Desember 2020.
 
Seiring dengan waktu dan tumbuhnya regenerasi, imbuh Atep Kustiwa, barang-barang tradisional itu dalam pemanfaatannya mengalami pengurangan.
 
 
Bahkan sudah banyak orang yang meninggalkan pemanfaatan perkakas dapur dari barang tradisional itu. Hal itu dipicu oleh pengaruh teknologi dan pemanfaatan barang-barang modern, sehingga pemanfaatan barang tradisional, khususnya perkakas dapur mulai tergerus oleh perkembangan zaman. 
 
"Tapi untuk diperkampungan masih banyak ibu-ibu rumah tangga yang memanfaatkan perkakas dapur seperti seeng, langseng, gerengseng atau wajan, aseupan, boboko, hihid, dulang, dan perkakas dapur lainnya untuk memasak nasi maupun makanan lainnya hasil bumi yang dihasilkan masyarakat di perkampungan," tutur Atep Kustiwa. 
 
Untuk diketahui, imbuh Atep Kustiwa, dengan menggunakan perkakas tradisional, khususnya untuk memasak nasi memiliki aroma yang khas.
 
 
"Nasinya itu tercium aroma wangi, dan rasanya pun enak. Mengingat cara memasaknya pun dengan proses pembakaran menggunakan tungku dengan kayu bakar. Untuk mengambil kayu bakar menggunakan sunung atau ancun. Sedangkan eter digunakan warga perkampungan untuk membawa rumput," tuturnya. 
 
Berbeda dengan kondisi saat ini, lanjutnya, banyak orang memanfaat peralatan modern dengan proses menanak nasi menggunakan energi listrik. Sehingga proses menanak nasinya pun lebih praktis, dan disajikannya pun lebih cepat.
 
 
 
 

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah