Untuk Peringatan Dini dan Penanganan Banjir, FPRB Akan Melaksanakan Susur Sungai Cikeruh

- 21 Januari 2021, 15:55 WIB
WARGA Kampung Bojong Malati Ds. Rancaekek Kulon Kec. Rancaekek Kab. Bandung mengawasi kondisi sungai Cikeruh diwilayahnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir pada Rabu 4 November 2020 baru lalu.
WARGA Kampung Bojong Malati Ds. Rancaekek Kulon Kec. Rancaekek Kab. Bandung mengawasi kondisi sungai Cikeruh diwilayahnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir pada Rabu 4 November 2020 baru lalu. /May Lodra/
 
GALAJABAR - Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kabupaten Bandung bersama komunitas setempat akan melaksanakan susur Sungai Cikeruh yang melintasi sejumlah desa di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.
 
Susur sungai akan dilaksanakan pada hari Jumat, 22 Januari 2021 atau Sabtu, 23 Januari 2021 hingga beberapa hari ke depan. Kegiatan itu diselenggarakan dalam upaya melakukan peringatan dini terhadap ancaman banjir yang kerap melanda Rancaekek akibat luapan Sungai Cikeruh. 
 
"Kita fokus ke Rancaekek, akan melaksanakan susur Sungai Cikeruh. Dalam dua bulan terakhir ini, sudah tujuh kali terjadi banjir yang disebabkan luapan Sungai Cikeruh," kata Ketua FPRB Kabupaten Bandung, Wewen Mulyadi.
 
Hal itu dikatakan Wewen saat memberikan pembekalan dan pembinaan terhadap para pemuda yang tergabung dalam Tim Gabungan Siaga Bencana Citarum Harum Sektor 4/Majalaya di Kampung Kondang Desa/Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung, Kamis, 21 Januari 2021. 
 
Wewen Mulyadi mengungkapkan, susur sungai dilakukan di kawasan yang terdampak luapan aliran Sungai Cikeruh.
 
"Susur sungai diadakan untuk mengetahui lebar sungai dan kedalaman Sungai Cikeruh, serta potensi luapan air saat memasuki musim hujan," kata Wewen. 
Mengantisipasi risiko banjir dari Sungai Cikeruh, ia bersama komunitas warga setempat sedang mengupayakan pembentukan siaga warga di kawasan Rancaekek tersebut.
 
Apalagi di Rancaekek belum ada peringatan dini ancaman banjir saat air Sungai Cikeruh meluap.
 
"Makanya, kita sedang fokus ke Rancaekek. Di Rancaekek itu perlu ada sistem peringatan dini. Selain itu, di Rancaekek perlu ada kajian untuk penanganan banjir yang disebabkan luapan Sungai Cikeruh," ungkapnya.
Dari pemantauan "GM" di lapangan, banjir akibat meluapnya Sungai Cikeruh selain meredam rumah warga di Desa Bojongloa, Desa Rancaekek Wetan, dan Desa Rancaekek Kulon, juga memutus akses Jalan Raya Rancaekek-Majalaya karena ketinggian air sampai paha orang dewasa.
 
"Kalau sudah banjir, di Desa Bojongloa sekitar 1.500 rumah yang terendam akibat luapan Sungai Cikeruh," kata Uyun, aparatur Desa Bojongloa. 
 
Tak hanya tiga desa tersebut yang rawan banjir di Kecamatan Rancaekek. Desa Haurpugur dan Desa Bojongsalam juga rawan terendam banjir akibat luapan Sungai Citarik. 
"Sebanyak 310 kepala keluarga di Desa Haurpugur rawan terendam banjir luapan Sungai Citarik. Untuk menangani warga korban banjir, kita sempat membuat dapur umum. Kita membuat 1.000 nasi bungkus untuk masyarakat korban banjir," kata Kepala Desa Haurpugur, Saepul Azhari.
 
Menurutnya, anggaran untuk dapur umum menggunakan anggaran pribadi, selain dari para relawan.
 
"Saya sebagai kepala desa sangat prihatin ketika melihat warga kami korban banjir luapan Sungai Citarik," katanya. 
Menurutnya, aliran air yang berasal dari luapan Sungai Citarik sangat deras ketika menggenangi rumah warga.
 
"Sejumlah ruas jalan pun terputus akibat genangan air," katanya. (Penulis: Engkos Kosasih)**

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x