Memasuki Hari Kedua Ramadan, Pemasaran Sarung Asal Majalaya Masih Sepi

- 14 April 2021, 13:46 WIB
Sarung yang dihasilkan pengusaha asal Majalaya, Kabupaten Bandung.
Sarung yang dihasilkan pengusaha asal Majalaya, Kabupaten Bandung. /Engkos Kosasih/GM/
 
GALAJABAR - Pemasaran produk sarung asal Majalaya, Kabupaten Bandung, hingga memasuki hari kedua bulan suci Ramadan 1442 H belum ada peningkatan dan terkesan masih sepi pesanan.
 
"Pemasaran sarung asal Majalaya masih lesu dan belum ada pertanda pemesanan sampai saat ini akan menggeliat," kata pelaku usaha sarung asal Majalaya Opa Teguh di Majalaya, Rabu, 14 April 2021. 
 
Menurut Opa Teguh, lesunya pemasaran sarung diperkirakan dipicu oleh pandemi Covid-19, sehingga nyaris tidak ada warga yang memborong atau memesan sarung hingga puluhan kodi. 
 
 
"Sebelum pandemi Covid-19, pemasaran sarung cukup menjanjikan karena banyak orang yang memesan. Namun saat ini, belum ada satu orang pun yang memesan sarung," ujar Opa Teguh.
 
Dikatakanhya, lesunya pemasaran sarung itu bisa dirasakan pada Ramadan tahun lalu, pemasaran sarung anjlok karena sudah terdampak pandemi Covid-19.
 
"Biasanya, pemasaran sarung mencapai puluhan kodi jelang Ramadan itu. Pada Ramadan tahun lalu, hanya lima kodi yang terjual, sedangkan saat ini belum ada pesanan sarung," ungkapnya. 
 
 
Menurutnya, tak hanya pedagang kecil yang terkena dampak lesunya pemasaran sarung akibat virus corona.
 
"Pengusaha sarung yang menghasilkan produk cukup banyak, juga merasakan hal serupa. Pengusaha sarung dengan produksi yang cukup banyak bisa memasarkan ribuan sampai puluham ribu kodi sarung jelang Ramadan atau Lebaran. Namun saat ini, setelah saya komunikasi dengan pengusaha sarung lainnya, juga merasakan kondisi serupa. Pemasaran sepi," tuturnya.
 
Kalaupun ada pesanan, Opa Teguh mengungkapkan, hanya pesanan kain cele untuk bahan baku pakaian.
 
"Pesanan sarung belum ada," katanya.
 
 
Ia terus berusaha memasarkan sarung kepada sejumlah pihak, termasuk pejabat di lingkungan pemerintahan. Dengan harapan, pemasaran sarung meningkat. 
 
"Apalagi sarung merupakan kebutuhan untuk busana muslim dan gaya hidup. Bahkan sarung bisa digunakan untuk bahan baku pakaian," katanya.
 
Opa Teguh menyebutkan, harga sarung asal Majalaya bervariasi, bergantung kualitas bahan baku benang untuk memproduksi sarung tersebut. Mulai dari harga Rp 475.000 per kodi, Rp 490.000 per kodi, Rp 550.000 per kodi, dan lebih dari harga tersebut. 
 
"Kualitas sarung menentukan harga jual," katanya. 
 
 
Menurutnya, lesunya pemasaran akibat pandemi Covid-19 membuat sarung yang sudah siap dipasarkan akhirnya menumpuk di gudang.
 
"Bisa mencapai ribuan kodi sarung menumpuk di gudang-gudang pabrik sarung," katanya.
 
Para pengusaha sarung hanya berharap pemasaran sarung kembali pulih.
 
"Seperti kita ketahui, setiap memasuki Ramadan dan jelang Hari Raya Idulfitri, pemasaran sarung sangat diandalkan oleh para pengusaha. Setiap jelang Lebaran yang sudah berlangsung puluhan tahun dan sebelum pandemi Covid-19, pemasaran sarung sangat menjanjikan karena banyak orang yang berburu sarung untuk suvenir atau hadiah Lebaran. Sekarang mah orang boro-boro berburu sarung, yang pesan saja masih sepi," ungkapnya.
 
 
Dikatakannya, dalam kondisi ekonomi normal dan masih pulih, tiga bulan sebelum Ramadan, para pengusaha sudah mempersiapkan diri memperbanyak produksi sarung untuk memenuhi permintaan pasar.
 
"Sekarang mah tidak ada persiapan karena sepi pesanan sarung atau barang," pungasnya (Penulis: Engkos Kosasih)***

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah