Pedagang Pasar Tradisional di Cimahi, Didorong Melakukan Penjualan Secara Online

- 10 September 2021, 19:55 WIB
Puluhan pedagang di Kota Cimahi mengikuti Sosialisasi Manajemen Peningkatan Daya Saing Pasar Rakyat Dalam Pemulihan Ekonomi, sekaligus sosialisasi QRIS di Lobby Pasar Atas Baru Jalan Kolonel Masturi, Selasa (7/9/2021).
Puluhan pedagang di Kota Cimahi mengikuti Sosialisasi Manajemen Peningkatan Daya Saing Pasar Rakyat Dalam Pemulihan Ekonomi, sekaligus sosialisasi QRIS di Lobby Pasar Atas Baru Jalan Kolonel Masturi, Selasa (7/9/2021). /Laksmi Sri Sundari/Galajabar/

GALAJABAR - Dinas Perdagangan UMKM Koperasi dan Perindustrian (Disdagkoperin) Kota Cimahi melalui UPTD Pasar terus berupaya memulihkan perekonomian di  pasar tradisional.

Salah satunya dengan mendorong para pedagang untuk melakukan penjualan secara online atau pasar online.

Kasubag Tata Usaha (TU) UPTD Pasar Kota Cimahi, Andri Gunawan  menjelaskan, latar belakang dicetuskannya Pasar Online ini seiring dengan munculnya pandemi Covid-19 yang berdampak terhadap penjualan, sehingga pasar menjadi sepi.

Baca Juga: Mogok Lagi, MRT Jakarta Mengalami Gangguan Listrik

"Kenapa sepi ? Karena masyarakat tidak mau berkunjung ke pasar. Sebab di pasar tempat berkumpulnya banyak orang yang beresiko tinggi terjadinya penularan Covid-19. Sehingga kami terus berinovasi bagaimana ekonomi bisa bangkit di pasar tradisional," ujarnya, Jumat  10 September 2021.

Menurut Andri, sebelum Pasar Online ini lahir, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya agar pasar bisa tetap bangkit di tengah pandemi Covid-19.

"Pasar online ini tidak lahir begitu saja, karena ada penjaringan ide yang memang kami buat di masa pandemi ini. Kami sempat membuat Sakapeung, intinya pedagang yang datang ke pasar itu menggunakan sistem kartu, dan memang waktu belanjanya dibatasi. Tetapi sistem Sakapeung ini ternyata tidak efektif, dan efisien," bebernya.

Baca Juga: Partai Demokrat Dapat Ucapan Selamat dari Jokowi, Christ Wamea: Semoga Moeldoko Sadar

Sistem Sakapeung ini, kata Andri, hanya bertahan selama satu minggu. Sebab banyak pedagang dan pengunjung yang protes karena mereka tidak bebas, waktu dibatasi, serta terjadi kerumunan di luar pasar.

"Sehingga inovasi Sakapeung itu kita evaluasi, dan ternyata itu tidak efektif. Kemudian kami buat lagi sistem door ti door, artinya pedagang itu mengantar pesanan konsumen langsung ke rumahnya. Mereka mau berbelanja supaya tidak datang ke pasar, tinggal pesan lalu langsung diantar ke rumah. Namun ternyata sama tidak efektif," ujarnya.

Halaman:

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah