Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 21)

- 25 Mei 2021, 15:21 WIB
GUNUNG Fuji.*
GUNUNG Fuji.* /PIXABAY

GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Putri Kame berusaha untuk membela ibunya dengan membawa kasus istri pertama Takeda Katsuyori yang merupakan keponakan sekaligus anak angkat Nobunaga.

Namun, saat ia sudah mencapai batasnya, Putri Kame hampir menarik senjatanya dan mempertaruhkan nyawanya. Beruntung kedua orangtuanya, Tsukiyama dan Ieyasu segera menghentikannya. Tsukiyama pun berniat untuk berterus terang pada Nobunaga.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.
 
Baca Juga: Waspada! 5 Kebiasaan Ini Bisa Membuat Fungsi Otak Rusak, Salah Satunya Sering Kerja Multitasking

“Mengenai pertanyaanmu sebelumnya,” ucap Tsukiyama pelan. Ieyasu dan yang lainnya bisa melihat kesedihan tersirat di matanya. “Itu benar, sebelum ini, aku bertemu dengan seorang pesuruh Klan Takeda,” jujur Tsukiyama.
Mendengar itu, para pengikut Nobunaga bersiap untuk menyerang Tsukiyama, namun Nobunaga segera menyuruh mereka berhenti.

“Aku sengaja merahasiakan pertemuanku dengan pesuruh Klan Takeda tersebut karena aku tidak ingin masalah ini berimbas pada yang lain. Aku tidak ingin yang lain ikut kehilangan nyawanya karena keegoisanku ini.”
 
Tsukiyama menatap ajudannya, Junpei. “Karena itu, aku menyuruh ajudanku untuk tetap di istana dan membantu Nobuyasu selagi aku bertemu dengan pesuruh Klan Takeda. Aku tidak bisa membiarkan Junpei mati dan membuat istri dan anaknya bersedih lalu membenci Klan Tokugawa.”
 

“Keluargamu sudah melayani klan ini cukup lama dan aku tahu Klan Tokugawa akan selalu membutuhkan kesetiaanmu itu, Junpei. Kami akan dibuar rugi jika keluargamu membenci kami karena kematianmu,” ucap Tsukiyama pada Junpei seraya tersenyum manis.

“Nyonya,” lirih Junpei, merasa bersalah. “Saya tidak mampu melindungi Anda, tapi Anda masih bersikap sangat baik pada saya.”
 
Tsukiyama hanya tersenyum saat melihat Junpei menunduk.

Tsukiyama kembali menatap Nobunaga dan Putri Toku. Maniknya yang memancarkan kesedihan kita berpadu dengan pantulan tekad yang sangat kuat.
 
 
“Bagaimana pun juga, rencana untuk menjatuhkan Klan Takeda melalui jalur pernikahan berawal dari keegoisanku yang terlalu takut dengan posisi putra dan suamiku. Jadi aku menerima pernyataan bahwa aku yang salah di sini. Karena itu…”

Semua langsung tersentak. Ieyasu bahkan sampai membulatkan matanya, tidak percaya dengan apa yang Tsukiyama lakukan.
 
“Ibunda, k-kau-” untuk kesekian kalinya hari itu, kalimat Nobuyasu tersangkut di tenggorokannya.
 

Tsukiyama bertekuk lutut perlahan. Ia juga memastikan kimononya tidak menganggunya. Kedua telapak tangannya menyentuh lantai kayu yang dingin. Tsukiyama menjatuhkan pandangannya dan menundukan kepalanya. Nobunaga bisa melihat senyuman tulus dan penuh kekalahan yang terlukis di wajah indah Tsukiyama. Itu membuat Nobunaga sedikit merinding.

“Karena itu, aku memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan ini,” tutur Tsukiyama yang terdengar sedikit samar karena ia mengucapkan kalimat tersebut seraya menunduk.

Nobunaga mengerutkan keningnya.
 
 
“Kau tahu permohonan ampunmu itu tidak akan menyelamatkanmu dari eksekusi yang telah aku perintahkan, bukan?” tanya Nobunaga.

Tsukiyama mengangkat kepalanya perlahan dan tersenyum tipis. “Aku tidak sedang memohon ampunan. Aku sedang meminta maaf. Aku meminta maaf karena hanya sampai sini aku bisa melayani Klan Oda sebagai istri sah dari pemimpin Klan Tokugawa.”

“Lagipula, aku sudah siap dengan semua resiko ini. Habisnya, aku melakukan ini demi anak-anakku. Aku tidak pernah takut dengan kematian karena aku tidak memiliki penyesalan apapun. Bisa mati demi keluargaku adalah sesuatu yang sangat membahagiakan,” lanjut Tsukiyama seraya menatap Putri Toku dengan senyuman keibuan dan penuh kehangatan.
 

Rasa bersalah langsung mengguyur hati Putri Toku. Namun, ia berusaha semampunya untuk kembali membekukan hatinya. Ia terus berpikir, bagaimana pun juga Tsukiyama adalah orang yang berusaha memisahkannya dari Nobuyasu.
Sayangnya, satu hal yang tidak Putri Toku ketahui adalah malaikat maut yang ia kirim tidak hanya akan membunuh mertuanya, namun juga suaminya yang sangat ia sayangi. (Penulis: Sadrina Suhendra)***
 
 

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x