Iran Ancam Akan Mengubah Kapal Induk Amerika Serikat Menjadi Kapal Selam yang Tenggelam

- 4 Januari 2021, 17:11 WIB
Tiga kapal induk Amerika Serikat, USS Nimitz (atas), USS Ronald Reagan (tengah) dan USS Theodore Roosevelt (bawah), berlayar bersama gugus tempurnya di perairan internasional di Pasifik Barat, pada 12 November 2017. Courtesy James Griffin/U.S. Navy/Handout/REUTERS.
Tiga kapal induk Amerika Serikat, USS Nimitz (atas), USS Ronald Reagan (tengah) dan USS Theodore Roosevelt (bawah), berlayar bersama gugus tempurnya di perairan internasional di Pasifik Barat, pada 12 November 2017. Courtesy James Griffin/U.S. Navy/Handout/REUTERS. /

GALAJABAR - Pemimpin militer Iran mengancam akan mengubah kapal induk AS menjadi kapal selam yang tenggelam. Hal itu diungkapkan pada peringatan serangan AS yang menewaskan Brigadir Jenderal Qasim Soleimani.

Ancaman itu dibuat satu tahun setelah serangan pesawat tak berawak AS menewaskan salah satu pemimpin militer Iran, Qasem Soleimani dan pemimpin milisi di Irak, Abu Mahdi al-Muhandis.

AS telah mengirimkan pesawat pengebom B-52 dan mengirimkan kapal selam nuklir ke Teluk Persia.

Baca Juga: Hanya Rp650 Juta, PAD Kota Cimahi Uji Kir Meleset 18 Persen dari Target, Lagi-Lagi Ini Penyebabnya..

Tindakan militer itu sebagai tanggapan atas apa yang digambarkan oleh pejabat Donald Trump sebagai kemungkinan serangan Iran pada peringatan serangan yang menewaskan Soleimani dan al-Muhandis.

Dan, Teheran tampaknya mendukung perang kata-kata ini. Mayor Jenderal Yahya Rahim Safavi memperingatkan bahwa Iran akan membalas dengan keras.

Jaringan berita internasional Iran, Press TV mengutip pernyataan petinggi militer itu yang bersumpah: "Kami tidak akan pernah memulai perang, tetapi kami akan menanggapi dengan tegas dan dengan kekuatan dan kesiapan terbaik kami jika ada yang menyerang Iran."

Baca Juga: Musda Apdesi Kabupaten  Bandung Segera Digelar, Inilah Nama-Nama yang Muncul Sebagai Kandidat Ketua 

“Ketegangan tetap tinggi karena AS takut akan serangan balasan terhadap posisinya di wilayah tersebut," kata penyiar tersebut.

Para pejabat AS saat ini mengatakan, mereka siap untuk kemungkinan serangan dari Iran --karena diduga pemerintahan Biden yang akan datang kemungkinan besar tidak siap.

Pekan lalu, sebuah kapal selam bertenaga nuklir tiba di Teluk Persia, ditemani oleh dua kapal perang Amerika, menjelang berakhirnya kekuasaan Donald Trump di Gedung Putih.

Baca Juga: Kevin Sanjaya Sukamuljo Positif Covid-19, Minions Batal Tampil di Thailand Terbuka

Iran mengatakan kepada wartawan bahwa mereka berhak untuk melakukan balas dendam militer terhadap pembunuh Jenderal Soleimani dan rekan-rekannya.

Soleimani mengepalai pasukan elite Pengawal Revolusi Iran, Quds, yang bertanggung jawab atas operasi luar negeri Republik Islam Iran. Ia pun sering bolak-balik antara Irak, Lebanon, dan Suriah.

Pemimpin militer itu tewas dalam serangan pesawat tak berawak yang diarahkan AS saat mengunjungi Baghdad pada 3 Januari 2020.

Baca Juga: Arisan Call, Arisan Kaum Elite Era 1980an yang Berujung Maut

Roket yang ditembakkan dari pesawat tak berawak membunuhnya saat dia meninggalkan bandara Baghdad dengan konvoi dua kendaraan lapis baja.

Bersama Soleimani, Al-Muhandis yang merupakan pemimpin milisi paling kuat di Irak, ikut terbunuh.  

Mereka berdua menjadi terkenal karena menasihati pasukan paramiliter Syiah yang memerangi ISIS di Irak, sebelum dikalahkan pada 2017.

Baca Juga: Cina Borong 30 Juta Ton Kedelai Amerika Serikat, Kepala Disdagin: Baru Masuk Indonesia Bulan Depan

Pembunuhan mereka secara dramatis meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut dan membawa Amerika dan Iran ke ambang perang tahun lalu.

Iran membalas serangan itu dengan menembakkan rentetan rudal balistik ke dua pangkalan Irak yang menampung pasukan AS, mengakibatkan luka gegar otak pada puluhan tentara.

Soleimani menjalankan operasi klandestin di luar negeri dan merupakan tokoh kunci dalam kampanye lama Iran untuk mengusir pasukan Amerika dari Irak.

Baca Juga: Satu Keluarga Inggris Terpapar Corona, Annabel: Kecepatan Virus Ini Menakutkan

Dia menghabiskan waktu bertahun-tahun menjalankan operasi rahasia dan membina pemimpin milisi di Irak untuk memperluas pengaruh Iran dan melawan kepentingan AS. ***

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah