MENGERIKAN ! Kekerasan Seksual Dijadikan Senjata Perang di Tigray Ethiopia

- 16 April 2021, 13:30 WIB
PENGUNGSI: Para pengungsi  Eritria  mengantri bantuan makanandi kamp pengungsi Um Rakuba di wilayah Tigray, perbatasan Sudan, 3 Desember 2020./REUTERS / BAZ RATNER /
PENGUNGSI: Para pengungsi Eritria mengantri bantuan makanandi kamp pengungsi Um Rakuba di wilayah Tigray, perbatasan Sudan, 3 Desember 2020./REUTERS / BAZ RATNER / /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

GALAJABAR - Kekerasan seksual digunakan sebagai senjata perang di Tigray Ethiopia. Ini menjadi potret dari krisis kemanusiaan di Tigray yang  memburuk selama sebulan terakhir

Pejabat tinggi kesehatan masyarakat untuk pemerintahan sementara yang ditunjuk pemerintah di Tigray, Dr. Fasika Amdeselassie, mengatakan kepada Reuters bahwa setidaknya 829 kasus kekerasan seksual telah dilaporkan di lima rumah sakit sejak konflik dimulai.

"Tidak ada keraguan bahwa kekerasan seksual digunakan dalam konflik ini sebagai senjata perang," kata Lowcock.

Baca Juga: Seolah Membela Atta Halilintar, Deddy Corbuzier: Konten Pamer Kekayaan Ada Karena Penontonnya Banyak

Ia menambahkan mayoritas pemerkosaan dilakukan oleh pria berseragam, dengan tuduhan yang dibuat terhadap semua pihak yang bertikai.

"Hampir seperempat laporan yang diterima oleh satu lembaga melibatkan pemerkosaan berkelompok, dengan banyak pria menyerang korban; dalam beberapa kasus, wanita telah berulang kali diperkosa selama beberapa hari. Anak perempuan berusia delapan tahun menjadi sasaran," kata Lowcock sebagaimana dikutip galajabar dari Antara, Kamis 16 April 2021.

Duta Besar Ethiopia untuk PBB, Taye Atskeselassie Amde, mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah sedang menyelidiki semua pelanggaran hak. Dia menuduh Lowcock "berperilaku tidak seperti seorang yang menjalankan misi kemanusiaan tetapi musuh yang bertekad untuk melakukan semacam pembalasan."

Baca Juga: Koalisi Partai Islam, Rocky Gerung: Istana Mulai Kepepet, Istana Coba Rangkul Oposisi!

"Pelanggaran hak asasi manusia terlalu serius dan berat untuk dijadikan bahan spekulasi. Sangat disayangkan kepala OCHA (Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan) melakukan tindakan seperti itu di hadapan Dewan Keamanan PBB," katanya,

Ia menambahkan bahwa "tidak ada celah dalam akses kemanusiaan."

Halaman:

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x