Tsunami Covid-19 Kian Menggila, Pakar Ungkap Fakta Buruknya Penanganan Covid-19 di India

- 2 Mei 2021, 15:51 WIB
Kremasi massal bagi mereka yang meninggal akibat terinfeksi virus corona (Covid-19) di New Delhi, India, Jumat, 30 April 2021.
Kremasi massal bagi mereka yang meninggal akibat terinfeksi virus corona (Covid-19) di New Delhi, India, Jumat, 30 April 2021. /REUTERS/Adnan Abidi



GALAJABAR - Gelombang tsunami Covid-19 di India semakin mengkhawatirkan. Angka kasus semakin meningkat dan memecahkan rekor beberapa waktu belakangan.

Pada Sabtu waktu setempat, sebanyak 401.933 dan sebanyak 3.526 kematian dilaporkan di negara itu. Bahkan, kasus Covid-19 yang terus meningkat di India tak luput dari sorotan dunia.

Namun, fakta mengejutkan justru terungkap di tengah sorotan derasnya gelompang tsunami Covid-19 yang kini mendera India belakangan ini.

Baca Juga: Kerumunan Tanah Abang Penuh Sesak, Sri Mulyani Disebut Menjadi Biang Kerok

Para ahli justru meragukan bahwa angka-angka kematian dan kasus yang selama ini dilaporkan tidak sesuai dengan jumlah yang sebenarnya.

Bahkan, Menteri Kesehatan India, Harsh Vardhan  tetap mengklaim bahwa tingkat kematian di negaranya adalah yang terendah di dunia.

Hingga kini, masih tergambar suasana mencekam dengan peningkatan kasus yang kian parah, sejak dua pekan terakhir rumah sakit penuh, orang-orang sekarat bergelimpangan di trotoar karena kekurangan oksigen hingga krematorium yang tidak lagi memadai.

Baca Juga: Klarifikasi Nissa Sabyan Soal Panggilan Umi, Netizen : Gak Tau Malu!

Di Uttar Pradesh, otoritas terkait bersikukuh bahwa di tempatnya tidak kekurangan oksigen sehingga mengancam pihak-pihak yang berusaha menyebarkan kepanikan.

Sebuah kota di Uttar Pradesh, data yang terkumpul oleh pengamat dan para ahli menunjukkan data yang tidak sesuai dengan data yang dirilis oleh pemerintah.

Menurut statistik resmi, kota tersebut hanya mengalami 10 kematian akibat Covid-19 selama empat hari pada akhir April.

Baca Juga: Tanggapi COVID-19 Melonjak, Mardani Ali Sera : Pemimpin Harus Mencontohi, Seperti Tak Menghadiri Pesta

Namun, Ajay Kumar Agarwal, presiden krematorium kota Muzaffarnagar, mengatakan ini bahkan tidak mendekati skala jenazah yang ditangani.

“Biasanya kami mengkremasi tiga jenazah sehari, tapi 10 hari terakhir ini meningkat,” katanya dilansir Galajabar dari The Guardia, Ahad, 2 Mei 2021.

"Suatu hari itu 18, hari lain 20, lalu 22, dan satu hari 25. Dalam 10 hari terakhir, kami tidak memiliki kurang dari 12 mayat sehari– 90% di antaranya kematian akibat corona," lanjutnya.

Baca Juga: MotoGP Hari Ini, Live Di Trans 7 Pukul 18.00 Bagaimana Performa Marc Marquez Setelah Mengalami Amnesia?

Selain itu, seorang dokter dari Asosiasi Medis India di uttar Pradesh mengatakan bahwa setiap hari banyak orang meninggal karena komplikasi Covid-19 namun tidak dihitung sebagai kematian Covid-19.

"Jumlah kematian itu sangat tinggi, tetapi mereka tidak dihitung sebagai kematian akibat virus korona," katanya.

“Kami menerima bahwa jumlah kematian akibat virus corona jauh lebih tinggi daripada data publik administrasi distrik. Mayat yang kami lihat menumpuk di krematorium itu kebanyakan adalah orang-orang yang menjalani perawatan di rumah, lalu meninggal di sana. Jumlah kematian tersebut juga tinggi tetapi kebanyakan tidak tercatat dalam data resmi. Tingkat pengujian di sini sangat rendah dibandingkan dengan kebutuhan," katanya.

Baca Juga: Partai Demokrat Dituding Pro-Teroris, Rachland Nashidik: Kita Senyumin Aja!

Seorang matematikawan India, Murad Banaji bahkan menyebut bahwa kematian kematian akibat Covid-19 di India sesungguhnya mencapai tiga kali lipat dari jumlah yang diumumkan selama ini.

Kegagalan India, kata Murad, dalam hal pelaporan data kasus ini dinilai bakal dapat menghambat dalam penyiapan vaksin dan tentu saja penanganan Covid-19 di negara itu di masa yang akan datang.

“Jika kita tidak memiliki data untuk sepenuhnya memahami apa yang terjadi dengan pandemi ini sekarang,” kata Banaji, “bagaimana mungkin India mempersiapkan masa depan?” tutupnya. (Penulis: Rizwan Suandi)***

Editor: Noval Anwari Faiz

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x