Penari Hip-hop Afganistan Dicekam Ketakutan, Memilih Meninggalkan Tanah Airnya

- 25 Agustus 2021, 22:29 WIB
Anggota pasukan Taliban duduk di sebuah pos pemeriksaan di Kabul, Afghanistan (17/8/2021).
Anggota pasukan Taliban duduk di sebuah pos pemeriksaan di Kabul, Afghanistan (17/8/2021). /Antara/

GALAJABAR - Kembali berkuasanya Taliban di Afganistan menimbulkan ketakutan pada sekolompok masyarakat tertentu. Salah satunya dari para  penari hip-hop.

Seperti disampaikan salah seorang penari hip-hop Afghanistan yang mengalami ketakutan akan dibunuh oleh Taliban.

“Hip-hop adalah budaya barat... Ini (budaya) Amerika. Mereka membenci itu,” kata pengajar dan koreografer berusia 27 tahun itu, yang minta identitasnya untuk disembunyikan karena takut akan adanya pembalasan.

Baca Juga: Survei: Kepuasan Publik Terhadap Kinerja Jokowi-Ma’ruf Terus Alami Penurunan Cukup Besar

“Dua puluh tahun yang lalu, jika seseorang kedapatan aktif di situasi seperti ini mereka akan dipenggal atau ditembak mati,” katanya, merujuk pada pertama kalinya Taliban berkuasa di Afghanistan pada 1996 hingga 2001.

Dengan sekelompok penari lainnya, termasuk dua orang perempuan, dia telah mengajar tarian street dance dan tampil di berbagai acara di Afghanistan dan India.

Namun di bawah kekuasaan Taliban, sebagaimana dilansir galajabar dari Antara,  yang melarang pemutaran musik pada masa kekuasaan pertamanya, tarian semacam itu akan dilarang.

Baca Juga: Joe Biden Bersikeras Angkat Kaki dari Afghanistan, Senator Desak Presiden AS Dimakzulkan!

Taliban mengatakan akan menghormati hak-hak perempuan dan kelompok minoritas, namun banyak warga Afghanistan yang meragukan hal tersebut dan menakuti para musuh-musuh lama akan dikumpulkan.

“Saya akan berusaha semampu saya untuk pergi ke bandara dan terbang menggunakan pesawat. Itu akan menjadi keajaiban, akan menyelamatkan hidup saya,” kata penari tersebut, seorang anggota dari minoritas etnis Hazara yang telah lama ditargetkan oleh para militan termasuk Taliban dan kelompok Negara Islam, atas kepercayaan beragama dan etnis mereka.

Dia berharap untuk dapat pergi ke Spanyol, di mana saudaranya tinggal. Seluruh anggota kelompok tarinya telah meninggalkan Afghanistan namun dia belum berhasil untuk menemukan jalur yang aman.

Baca Juga: Anies Baswedan Sampaikan Kabar Gembira untuk Warga Jakarta Soal Covid-19

Dalam salah satu pengangkutan udara terbesar yang pernah ada, Amerika Serikat dan sekutunya telah mengevakuasi lebih dari 70.000 orang, termasuk warga negara mereka dan warga Afghanistan yang berada di bawah risiko, sejak 14 Agustus, sehari sebelum Taliban menyerbu ibu kota Kabul untuk mengakhiri kehadiran militer asing selama 20 tahun.

Puluhan ribu warga Afghanistan yang takut akan penganiayaan telah memadati bandara Kabul sejak pengambilalihan Taliban, berharap untuk mendapatkan kursi penerbangan.

"Saya memiliki firasat yang sangat buruk bahwa saya tidak akan berhasil keluar dari sini," imbuhnya.***

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x