GALAJABAR - Jika kita melewati Jalan Ambon, Bandung, kita akan melewati sebuah lapangan olahraga Saparua yang legendaris dan ramai dikunjungi oleh masyarakat. Terutama saat pagi hari atau sore hari saat matahari sudah tidak terlalu terik. Selain masyarakat yang melakukan berbagai kegiatan olahraga, terlihat juga jajaran aneka kuliner.
Selain lapangan, terdapat juga sebuah gedung yang dikenal dengan nama Gedung Olahraga (GOR) Saparua. Sesuai dengan namanya, situs peninggalan ini digunakan untuk kegiatan olah raga sehari-hari.
GOR Saparua Bandung didirikan pada tahun 1910 sebagai lapangan olah raga umum pertama di Bandung dengan nama NIAU (Nederlands Indie Athletiek Unie). Atletik, kriket, baseball, dan senam kelompok dipraktekan di lapangan.
Pada tahun 1920-an, lapangan ini menjadi taman bermain anak-anak dengan tambahan area tempat diadakannya Jaarbeurs (pasar sepanjang tahun). Pada tahun 1961, GOR Saparua Bandung dibangun sebagai fasilitas tambahan untuk menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) di Jawa Barat.
GOR awalnya diciptakan untuk bulu tangkis, bola basket, dan bola voli, namun seiring dengan waktu bertambah fungsinya menjadi tempat berkesenian juga sehingga melahirkan musik-musik dan menjadi pertunjukan seni para seniman terkenal diantaranya WS. Rendra, Ismail Marzuki dll.
Lapangan tersebut merupakan salah satu tempat favorit masyarakat bandung untuk berolahraga. Suasana yang sejuk serta fasilitas olahraga yang lengkap yaitu lapangan ini mempunyai beberapa arena olah raga antara lain jogging track, arena sepatu roda, panjat dinding, lapangan basket, dan merupakan salah satu lapangan jogging di Bandung.
Lapangan ini menjadi tempat latihan anak- anak dari sekolahnya dalam berolahraga. Berbagai macam masyarakat dari setiap daerah kabupaten hadir main dan berolahraga disini, dari usia anak-anak, remaja, sampai dewasa.
Hal menarik adalah selain menjadi tempat olahraga, lapangan ini menjadi destinasi wisata kuliner serta menjadi tempat berswa foto karena lokasi yang menarik, rapi dan bersih dengan pemandangan pepohonan yang rindang.
Baca Juga: Sebaiknya Tidak Melakukan Olahraga Pagi saat Puasa, Ini Penjelasan Pakar Kesehatan UGM
Boxing Bersama BFFC di Lapangan Saparua
Berbagai komunitas juga hadir dan berlatih di Lapangan Saparua ini, salah satunya adalah Komunitas Boxing dari Bull Factory Fighting Club yang telah berdiri pada tahun 2023 ini.
Komunitas Boxing ini diprakarsai oleh seorang pemuda bernama Ficky Fahrizal yang telah berlatih boxing dari tahun 2013 dan telah memiliki anggota untuk kategori Group sebanyak 30 orang dan untuk kategori kelas privat sebanyak 10 anggota.
Latihan di Lapangan Saparua ini setiap hari Senin, Rabu, Jumat memiliki dua jadwal ada pada pagi hari pkl 08.00 wib atau jadwal sore hari 15.00 wib. Teknik yang diajarkan yaitu Basic tinju dimana gerakan basic seperti Jap, straight, hook dan uppercut, gerakan kaki, dan latihan fisik.
Komunitas ini memiliki type kelasnya yaitu dari Beginner, Semi Profesional, Profesional namun untuk pelatihan komunitas Bull Factory Fighthing Club (BFFC) ini rata- rata adalah anggota pemula.
Para anggota mengenal olahraga boxing namun masih para pemula, namun proses berjalan bila ada yang terlihat berbakat serta bagus dan memiliki minat untuk menjadi profesional akan di salurkan pada sasana yang profesional sehingga bisa memberikan pendidikan lebih serius untuk masuk menjadi seorang atlet.
Baca Juga: Rekomendasi 3 Wisata Kuliner Enak Bandung, Oleh Oleh Khas Saat Mudik Lebaran 2023
Rata- rata anggota beginner dari para siswa -siswa SMU yang ingin mengejar prestasi. Dikarenakan belum memiliki sasana yang proper untuk berlatih sementara belum memiliki media sosial untuk diperkenalkan masih menggunakan media sosial pribadi, bila berminat masyarakat bisa hubungi instagram Ficky pada @fahrizalficky_.
Ficky juga berpesan kepada masyarakat masyarakat agar terus menjaga kesehatan dengan baik, salah satunya olahraga boxing adalah rekomendasi untuk masyarakat agar bisa dipelajari.
"Jadikan olahraga untuk kepentingan pribadi dan menjadi investasi diri kedepannya terutama para kawulamuda," pungkas Ficky.***