Refleksi Kebangsaan Akhir Tahun 2020 'Menghadirkan' Berbagai Suku Bangsa, Apa Saja yang Didapat?

- 27 Desember 2020, 17:12 WIB
Kegiatan refleksi kebangsaan akhir tahun 2020 di Hotel Sutan Raja Soreang Kabupaten Bandung, Minggu (27/12/2020). Foto: Engkos Kosasih/GM
Kegiatan refleksi kebangsaan akhir tahun 2020 di Hotel Sutan Raja Soreang Kabupaten Bandung, Minggu (27/12/2020). Foto: Engkos Kosasih/GM /Engkos Kosasih/GM
 

GALAJABAR - Sejumlah tokoh Sunda dan di antaranya yang sudah menjadi tokoh nasional hadir pada kegiatan refleksi kebangsaan akhir tahun 2020 di Hotel Sutan Raja Soreang Kabupaten Bandung, Ahad, 27 Desember 2020.

Perwakilan tokoh nasional maupun perwakilan berbagai suku bangsa dari mulai Aceh sampai Papua terlibat dalam kegiatan refleksi kebangsaan itu walaupun silaturahmi di antara mereka dengan cara webinar menggunakan aplikasi Zoom. 

Pelaksanaan refleksi kebangsaan itu untuk merajut komitmen berkearifan budaya daerah untuk kebaikan bangsa dalam bingkai NKRI. Pelaksanaan refleksi kebangsaan itu adalah pra-Kongres Sunda yang akan dilaksanakan 2021 yang diagendakan dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan ditutup Wakil Presiden K.H. Ma'ruf Amin. 
Kegiatan yang dipandu moderator Erwin Kustiman ini menghadirkan narasumber Dra. Hj. Eni Sumarni, M.Kes. (anggota DPRD RI Provinsi Jawa Barat), yang turut hadir di Hotel Sutan Raja Soreang.
 
Narasumber lainnya, Gusti Kanjeng Ratu Gemas (anggota DPD RI Provinsi DI Yogyakarta), Anak Agung Gede Agung, S.H. (anggota DPD RI Provinsi Bali), Dr. Filep Wamafma, S.H., M.Hum. (anggota DPD Provinsi Papua Barat), H. Fachrul Razi, M.I.P (anggota DPD RI Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam), dan narasumber lainnya dalam menyampaikan penuturannya refleksi kebangsaan itu melalui aplikasi Zoom. 
 
Ketua SC (Streaming Committee) Kongres Sunda, Andri Perkasa Kantaprawira mengatakan, refleksi kebangsaan pada hari kebangsaan 27 Desember 2020 dengan semangat peringatan Konferensi Meja Bundar ini sangat luar biasa. Apalagi, sejumah tokoh bangsa dan daerah dari Sabang sampai Merauke turut terlibat.
Berdasarkan perwakilan dari suku Papua, kata Andri, urang Sunda turut membantu dan membangun pendidikan di Papua.
 
"Urang Sunda membangun pendidikan di Papua sangat kuat," kata Andri.
 
Menurutnya, refleksi kebangsaan ini sesuai dengan visi kongres Sunda, yaitu Sunda Mulya, Nusantara Jaya.
 
"Kita berhasil mengundang suku-suku bangsa Nusantara walaupun secara webinar. Ini kan tidak pernah terjadi dalam sejarah, hubungan kekeluargaan di masa pandemi Covid-19 ini," kata Andri kepada wartawan di sela-sela kegiatan refleksi kebangsaan.
Dikatakan Andri, dengan adanya kegiatan refleksi kebangsaan bisa menjadi modal untuk memikirkan bagaimana orang Sunda memikirkan bangsa dan negara.
 
"Dan memikirkan urusan kita sendiri. Karena tadi orang Papua bicara jaga Papua. Jaga Pasundannya bagaimana?" katanya. 
 
Menurutnya, masyarakat Papua  bisa menjaga suku bangsa yang jumlahnya mencapai 200-300 suku bangsa.
"Sementara kita hanya berbeda kultur, utara, selatan, dan tengah. Kita harus bisa menjaga lemah cai urang dari berbagai macam persoalan dan tetap bersatu maju bersama," ungkapnya.
 
Lebih lanjut Andri menuturkan, kegiatan refleksi kebangsaan itu mengundang sejumlah suku bangsa. Berbagai suku bangsa di Indonesia memiliki karakter budaya yang unik, yang menjadi sumber ketangguhan untuk memajukan bangsa dan negara secara bersama-sama. 
 
"Orang Papua pun mengakui, orang Sunda tidak berebut kekuasaan di Papua. Orang Sunda hanya ikut berekonomi, pendidikan, dan lain-lain. Kita harus berdaulat secara ekonomi dan berjaya secara politik. Walaupun kita lebih bisa menerima tokoh-tokoh suku bangsa lain untuk berada dan hadir  mewakili kita," katanya.
Ia pun mengatakan, perwakilan Aceh mengharapkan membangun deklarasi bersama, komitmen bersama tentang bangsa ini kedepan.
 
"Kita sama-sama berdialog dan bermusyawarah. Mungkin setelah Kongres Sunda mendatang, perlu dilakukan kongres suku bangsa Nusantara untuk membangun Indonesia ke depan," tuturnya.
 
Menurutnya, setelah Kongres Sunda 2021 mendatang yang akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan ditutup Wakil Presiden KH Maruf Amin, dan diharap 2022 atau 2023 bisa dilaksanakan Kongres Suku Bangsa Nusantara. 
"Kita sudah menyadari tokoh tokoh bangsa ini ada kekuatan yang harus kita gali akar budaya kita sendri," katanya. (Penulis: Engkos Kosasih)**

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x