Tanggul Sungai Cikeruh Jebol, 6 Hektare Lahan Pertanian Terendam dan 100 Jiwa Terkena Dampak

- 14 Januari 2021, 15:48 WIB
Anggota Linmas bersama warga kerja bakti mengeruk endapan sedimen dan sampah di aliran Sungai Cikeruh Desa Rancaekek Kulon Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, Kamis 14 Januari 2021.
Anggota Linmas bersama warga kerja bakti mengeruk endapan sedimen dan sampah di aliran Sungai Cikeruh Desa Rancaekek Kulon Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, Kamis 14 Januari 2021. /Engkos Kosasih
GALAJABAR - Bencana banjir yang berulang kali melanda kawasan Desa Rancaekek Kulon, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menimbulkan penderitaan bagi warga yang dekat dengan aliran Sungai Cikeruh.
 
Penderitaan yang sama juga dialami warga korban banjir di Desa Rancaekek Wetan dan Desa Bojongloa, Kecamatan Rancaekek setiap kali turun hujan deras mengguyur kawasan hulu Sungai Cikeruh di wilayah Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Bandung. 
 
Banjir yang kerap melanda tiga desa di Kecamatan Rancaekek itu dampak dari derasnya aliran Sungai Cikeruh setelah turun hujan deras di kawasan Jatinangor.
Plt. Kepala Desa Rancaekek Kulon, Wawan Kusnawan mengatakan, akibat banjir yang terjadi pada Sabtu, 9 Januari 2021 dan Selasa, 12 Januari 2021, dalam dua hari terakhir ini menyebabkan tanggul Sungai Cikeruh di RW 07/RW 08 Desa Rancaekek Kulon jebol. 
 
"Sekitar 27-30 kepala keluarga atau sekitar 100 jiwa lebih menjadi korban banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Cikeruh. Selain itu, seluas 6 hektare lahan pertanian padi yang diperkirakan baru beberapa hari usia tanam turut terendam banjir," kata Wawan Kusnawan kepada "GM" di sela-sela meninjau anggota Linmas dan warga melaksanakan kerja bakti di aliran Sungai Cikeruh, Kamis, 14 Januari 2021 siang.
 
Menurut Wawan Kusnawan, untuk menanggulangi tanggul Sungai Cikeruh yang jebol hingga beberapa meter, aparat desa sudah mengusulkan bantuan beronjong ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum sebagai pihak yang berwenang dalam pengelolaan sungai tersebut.
"Mudah-mudahan bantuan beronjong dari BBWS Citarum  segera terealisasi, untuk sesegera mungkin dipasang di bagian tanggul yang jebol tersebut," kata Wawan Kusnawan. 
 
Selain menangani tanggul yang jebol, imbuh Wawan Kusnawan, pihaknya mengerahkan anggota Linmas dan warga sekitar lebih awal melakukan upaya penanganan endapan sedimentasi di sekitar jembatan rel kereta api yang menjadi salah satu penyebab meluapnya aliran Sungai Cikeruh ke permukiman warga. 
 
"Di sekitar jembatan rel kereta api, aliran Sungai Cikeruh terlihat dangkal. Bahkan aliran air nyaris tertutup endapan sampah yang tertahan di sekitar jembatan rel kereta api. Anggota Linmas bersama warga berusaha menyingkirkan endapan sampah yang menumpuk dan menghalangi aliran air di sekitar jembatan rel. Termasuk menangani endapan sedimentasi yang membuat aliran Sungai Cikeruh dangkal," tuturnya. 
Ia melihat dampak banjir yang terjadi dalam dua kali berturut-turur pada Sabtu dan Selasa lalu itu, sangat mengganggu aktivitas masyarakat. Apalagi pada kejadian banjir pada Sabtu lalu, hampir semua kawasan Desa Rancaekek Kulon terendam banjir. 
 
"Kami berharap salah satu solusi untuk menangani banjir di Desa Rancaekek Kulon maupun desa lainnya, yaitu harus sesegera mungkin pemerintah terkait memprioritaskan normalisasi Sungai Cikeruh. Selama Sungai Cikeruh belum dinormalisasi, Desa Rancaekek Kulon akan terus-menerus terancam banjir," katanya.
 
Menurutnya, kondisi Sungai Cikeruh sangat dangkal dan sempit, sehingga rawan banjir karena debit air atau volume air tidak sebanding dengan penampang aliran sungai. 
"Dampaknya masyarakat terus-menerus menjadi korban banjir setiap memasuki musim hujan," ungkapnya. (Penulis: Engkos Kosasih)***

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah