Deding Ishak Minta Polisi Usut Tuntas Pelaku Teror ke Pesantren dan Ulama

- 31 Maret 2021, 20:01 WIB
H. Deding Ishak
H. Deding Ishak /Dokumen Pribadi Deding Ishak/
GALAJABAR - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Majelis Dakwah Islamiyah  (DPP MDI) H. Deding Ishak berharap kepada polisi segera usut tuntas  pelaku teror ke pesantren dan ulama yang terjadi di Kabupaten Ciamis Jawa Barat pada Sabtu 27 Maret 2021 lalu.
 
Di lingkungan pesantren itu, sebuah saung dibakar dan mobil kyai disiram air keras. 
 
"Polisi tidak boleh abai dan bersikap tidak adil alias diskrimitatif. Polisi tidak boleh hitung-hitungan karena pesantren itu pengasuhnya berafiliasi ke FPI dan sebagainya. Karena mereka adalah ulama dan banyak santri yang menuntut ilmu disana," kata Deding Ishak kepada galajabar, Rabu 31 Maret 2021.
 
Kalau ini dibiarkan, imbuh Deding Ishak, yang merupakan Ketua Komisi Hukum dan HAM MUI,  teror kepada ulama  dan pesantren akan terus berlangsung.
 
 
Hal ini tentunya akan menimbulkan macam-macam tafsir dan bisa memicu konflik di masyarakat.
 
"Terorisme dan radikalisme itu sekarang semakin jelas, bukan sekedar karena pemahaman keagamaan yang sesat. Bisa jadi yang terjadi belakangan ini adalah konspirasi global yang ingin menghancurkan bangsa dan negara Indonesia," ucanya.
 
Oleh karena itu, Deding Ishak mengatakan, stigmasisasi yang nenyudutkan Islam dan orang Islam harus dihentikan, seperti yang dilakukan oleh pemerintah Australia.
 
 
Karena penyebutan ektremisne Islam dalam terorisme tidak terbukti alias banyak melesetnya.
 
"Sekarang motivasi teror adalah idelogis, ekonomi dan politik dengan jaringan global," kata Deding Ishak.
 
Deding Ishak menegaskan, pemerintah dan penegak hukum harus mencermati secara seksama. Pascakejadian aksi teror terhadap pesantren dan ulama itu, Deding Ishak tak berharap munculnya upaya adu domba antar umat beragama dengan munculnya video-video yang menyudutkan ajaran Islam khususnya pesantren dengan kitab kuning. 
 
 
"Lebih tidak diharapkan lagi melecehkan nabi. Video yang beredar itu mungkin tidak benar dan ini hasil rekayasa untuk menyulut kemarahan umat Islam," ungkapnya.***

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah