Di tempat yang sama, Kabid Jalan dan Jembatan pada Dinas PUPR KBB Aan Sopian menambahkan, rata-rata sedimentasi yang dikeruk sekitar 24 truk per hari.
"Hampir 90 persennya sampah, hanya sedikit lumpurnya. Tadinya kami buang ke lokasi penampungan di daerah Jayagiri Lembang, namun karena banyak sampahnya diprotes warga setempat. Sekarang dibuangnya ke daerah Cisarua," kata Aan.
Sebenarnya, lanjut Aan, drainase yang ada masih bisa menampung air hujan. Memiliki lebar 80 cm dengan kedalaman 1,5 meter.
"Tapi dari kedalaman 1,5 meter ada yang tertutup sedimentasi hingga menyisakan sekitar 10 cm," ungkapnya.
Baca Juga: Cegah Tragedi Sungai Cileueur Terulang, BPBD Jabar Susun Panduan Keselamatan Kegiatan Alam Terbuka
Ketua Forum Peduli Bandung Utara (Forbat) Suherman mengatakan, pokok persoalan banjir di Kota Lembang disebabkan daya dukung dan daya tampung drainase sudah tidak seimbang lagi.
"Air yang masuk ke Kota Lembang salah satunya berasal dari Jayagiri. Ironisnya ruang terbuka hijau di sana sudah berubah fungsi menjadi perumahan.
"Otomatis daerah tangkapan airnya berkurang, sehingga air mengalir deras ke bawah. Tak mampu lagi tertampung drainase, menyebabkan air meluap ke jalan," kata Suherman.
Baca Juga: Tok! Greysia Polii Bakal Pensiun Dalam Waktu Dekat, Uber Cup Jadi Laga Terakhirnya?