Januari hingga Oktober 2021, Kasus DBD di Kota Cimahi Melonjak! Capai 154 Orang

- 28 Oktober 2021, 20:13 WIB
Dinkes Kota Cimahi laksanakan fogging di  Jalan Pojok RW 04, Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kamis (28/10), karena ditemukan kasus DBD.
Dinkes Kota Cimahi laksanakan fogging di Jalan Pojok RW 04, Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kamis (28/10), karena ditemukan kasus DBD. /Laksmi Sri Sundari/Galajabar/
GALAJABAR - Selama Januari hingga Oktober 2021, kasus Demam Berdarah Dangue (DBD) di Kota Cimahi tercatat sebanyak 154 orang.
 
Sekitar 10 orang di antaranya meninggal dunia. Untuk itu, masyarakat diminta untuk mewaspadai penyakit akibat sengatan nyamuk aedes aegypti ini.
 
Upaya pencegahan pun terus dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi. Di antaranya dengan fogging yang dilakukan pada Kamis  28 Oktober 2021 di Jalan Pojok RW 04, Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah.
 
 
"Di Kota Cimahi sedikit mengalami kenaikan kasus dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Ini dikarenakan beberapa hal, diantaranya faktor cuaca. Selama Oktober itu ada 36 kasus. Kalau di total dari Januari hingga Oktober ada 154 kasus, 10 diantaranya meninggal dunia," terang Kepala Seksi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Penularan Dinkes Kota Cimahi Romi Abdurrahman, melalui staffnya Eka Febriana saat ditemui disela-sela pelaksanaan fogging.
 
Eka mengungkapkan, dari 10 kasus meninggal akibat DBD, kebanyakan didominasi usia anak-anak. Salah satu faktor penyebabnya adalah terlambat dibawa ke rumah sakit, dengan alasan ada kekhawatiran malah terkena Covid-19.
 
"Orang tua ragu membawa anaknya karena takut Covid. jadi dibawa ke rumah sakit setelah gejalanya memburuk, padahal ternyata DBD. Ada juga yang punya penyakit penyerta," ungkapnya.
 
 
Kasus ini, kata Eka, tentunya harus menjadi pembelajaran bagi semua orang tua. Dimana ketika anak sudah merasakan gejala DBD seperti demam, mual dan sebagainya untuk segera membawanya ke fasilitas kesehatan.
 
"Jadi jangan sampai ketika anaknya sudah memburuk baru dibawa ke fasilitas kesehatan. Dari awal harus segera diperiksakan," imbuh Eka.
 
Dengan meningkatnya tren DBD ditengah curah hujan yang meningkat, pihaknya meminta masyarakat untuk tetap waspada. Apalagi, Kota Cimahi merupakan daerah endemis DBD, yang artinya selalu ada temuan setiap tahunnya. 
 
 
Pencegahan, kata Eka, bisa dilakukan oleh masyarakat dimulai dari rumah dan lingkungan masing-masing. Masyarakat bisa melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan
menjalankan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, yang bertugas untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di rumahnya masing-masing.
 
Jentik nyamuk biasanya berkembangbiak dalam genangan-genangan air. Menurutnya, jika masyarakat menjalankan PSN di rumahnya masing-masing, seperti tidak membiarkan adanya genangan air, kasus DBD pun bisa dicegah.
 
"Bukan cuma rumah, tapi juga di halaman sekitar rumah. Soalnya saat ini kalau bukan kita sendiri (melakukan PSN), nggak akan ada yang memeriksa. Jadi periksa jentik di rumah sendiri," imbuh Eka.
 
 
Sementara untuk fogging, lanjut Eka, akan dilakukan setelah adanya laporan kasus yang ditindaklanjuti dengan assement. 
 
"Seperti fogging yang dilakukan di RW 4 Setiamanah ini, berawal dari laporan kasus, lalu ditindaklanjuti oleh puskesmas, dengan sebelumnya sudah melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk pada 16 oktober. Kemudian melakukan penyuluhan kepada masyarakat, dan larvasidasi sebelumnya. Setelah langkah itu ditempuh maka selanjutnya kita lakukan fogging," ungkapnya.
 
Menurutn Eka, fogging hanya ampuh untuk membunuh nyamuk dewasa.
 
 
"Untuk fogging efektif untuk membunuh nyamuk dewasa, tapi jentik dan telur nyamuk harus dengan PSN dengan 3M plus mutlak harus dilakukan," sebutnya.***
 

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah