GALAJABAR - Bagi masyarakat Papua mengonsumsi daging buaya sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan kulit buaya yang terkadang dipandang sebelah mata, ternyata memiliki nilai ekonomis tinggi.
Karena memiliki nilai ekonomis tinggi, membuka peluang usaha bagi masyarakat Papua. Terkait dengan hal tu, Kementerian Sosial melakukan pelatihan memproduksi berbagai jenis barang berbahan baku kulit buaya.
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengataan, pelatihan ini bermula dari permintaan seorang pemuda asal Kabupaten Mamberamo. Permintaan disampaikan saat Mensos berkunjung ke kampus Fakultas Teknik Universitas Cendrawasih (Uncen), Jayawijaya (12/11/2021).
Baca Juga: Jalan Cijambe di Kabupaten Bandung Ambles, Membentuk Lubang Menganga
"Pelatihan ini kan awalnya permintaan dari warga Mamberamo. Dia bilang, daerahnya banyak buaya. Selain dikonsumsi, kulitnya juga bisa diolah agar bernilai ekonomis," kata Mensos saat membuka kegiatan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) Bimbingan Vokasional dan Kewirausahaan Pengemasan Bahan Kulit di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) di Bandung, Senin 13 Desember 2021.
Selama mengikuti pelatihan di Bandung ini, mereka dilatih mengolah produk dari kulit. Yakni membuat tas, ikat pinggang, dompet dan sebagainya. Ia menekankan, pelatihan ini merupakan tahap awal.
Ke depan, lanjut Risma sedang dipersiapkan berbagai pelatihan seperti pelatihan penangkaran buaya, pengemasan, pemasaran dan sebagainya. Pelatihan pengolahan kulit ini merupakan pelatihan Gelombang II, untuk pelatihan Gelombang I sudah berlangsung di Papua, bulan November 2021.
"Hari ini pelatihan dilakukan di sini. Karena di Bandung merupakan tempat mengembangkan aspek kreativitas dan mendekatkan dengan akses pasar," kata Mensos.
Ia menekankan bahwa untuk pengolahan produk kulit merupakan industri yang membutuhkan kreativitas.
"Harus bisa mengikuti tren. Sekarang tren ke sepatu _sneakers_. Apakah sepatu _sneakers_ bisa dibuat dari kulit buaya? Harusnya bisa. Dan ini ahlinya ada di Bandung," kata Mensos.
Sementara di Garut dikenal dengan pusat penyamakan kulit domba dan sapi. "Di Papua sebentar lagi akan saya bantu dengan pelatihan peternakan sapi dan domba," katanya
Pada kesempatan itu, Mensos memotivasi agar kesempatan ini bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan diri.
"Tuhan Maha Adil tidak membeda-bedakan. Tinggal kita mau atau tidak untuk maju. Kalau hari ini, sama dengan hari kemarin sama saja, kita yang rugi," kata Mensos.
Dengan bekal pelatihan, Mensos menekankan agar warga Papua mampu mengembangkan potensi alam yang sangat kaya di Papua.
Pelatihan juga secara simultan dikembangkan di daerah-daerah lain. Di Batam, Kemensos menggelar pelatihan pengolahan garam oleh Suku Anak Laut, pengolahan bawang merah menjadi pasta, pengolahan sei sapi untuk korban banjir di NTT dan training untuk para penghuni rumah bedeng di Jakarta.
"Tujuannya agar masyarakat pra sejahtera meningkat kapasitas keuangannya sehingga mereka tidak hanya berhantung pada bansos," katanya.
Ia pun memotivasi para pemuda asal Papua untuk tidak berhenti berusaha. Dengan pelatihan kewirausahaan yang diberikan hari ini, Mensos berharap menjadi bekal kemandirian ekonomi saat mereka kembali ke kampung halaman.
Untuk itu, Mensos memastikan akan melakukan pendampingan kepada peserta pelatihan.
"Saya tidak akan meninggalkan teman-teman. Kami akan sering-sering ke sana. Nanti kami akan memberikan pendampingan agar teman-teman bisa mandiri secara ekonomi," tukasnya.***