"Sedangkan untuk pengadaan vaksin, kami juga telah mengajukan permohonan sebanyak 19 ribu ampuls vaksin," ucapnya.
Tisna menuturkan, berdasarkan informasi dari Dirjen di Kementerian Pertanian, vaksin tersebut akan datang dan bisa diaplikasikan pada awal Juni ini.
Jumlah ini tidak termasuk yang diajukan oleh Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) sebanyak 19500 ampuls, sedangkan Koperasi Susu Bandung Selatan (KPBS) mengajukan sebanyak 13 ribu ampuls.
"Selain pengajuan vaksin, kami juga akan segera melakukan rapat koordinasi dengan stake holder lainnya. Termasuk dengan forum komunikasi pimpinan daerah. Guna membahas kemungkinan penggunaan anggaran BTT. Karena ini sudah masuk kriteria mendesak. Meskipun tidak menular kepada manusia, tapi ini berakibat kepada perekonomian," terangnya.
Baca Juga: Neve Campbell Takkan Terlibat di Film Scream 6, Artis Asal Kanada Ini Sebut Tawaran tak Sesuai
Tisna mengakui, produktivitas susu sapi perah yang terpapar virus PMK bisa menurun hingga 80 persen. Tak hanya itu saja, ternak yang terpapar virus ini, penyembuhannya (recovery) memakan waktu hingga tiga tahun.
"Bahkan setelah sembuh pun penurunan produktivitas ini bisa permanen. Jadi memang PMK ini sangat merugikan bagi para peternak," ungkap Tisna.
Tisna menambahkan, untuk ternak yang sembuh ada sekitar 23 persen atau sama dengan 629 ekor. Itu artinya masih banyak yang sembuh perbandingannya.***