Refly Harun: Melalui TWK, Terlihat Rezim Takut dengan Hal Berbau Islam

10 Mei 2021, 14:31 WIB
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun ungkapkan bahwa ada kekuatan besar yang sistematis yang memojokkan tokoh-tokoh Islam. /Tangkapan Layar Youtube/ Refly Harun

GALAJABAR - Tes wawasan kebangsaan (TWK) masih menjadi sorotan hingga saat ini. Pasalnya, pertanyaan yang diajukan melalui TWK dianggap tak pantas dan nyeleneh untuk dijadikan sebagai sebuah pertanyaan.

Salah satu pertanyaan yang saat ini disorot adalah tentang bersediakah melepas jilbab.

Ahli hukum tata negara, Refly Harun melalui kanal Youtube Refly Harun turut menanggapi hal ini.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 10 Mei 2021: Aldebaran Menyesal Telah Buat Reyna Ketakutan, Angga Berikan Solusi

Menurut Refly memang radikalisme di Indonesia itu akan ditumpas habis, namun yang menjadi masalah adalah definisi radikal itu sendiri tidak jelas.

“Karena ada kesan bahwa radikalisme dan radikalisasi akan dibuang, ditumpas di setiap institusi di republik ini. Tapi persoalannya adalah definisi mengenai radikalisasi dan radikalisme itu yang enggak jelas,” ujar Refly.

Saat ini, berbagai tindakan yang benar selalu disebut radikal.

Baca Juga: Sinopsis Buku Harian Seorang Istri 10 Mei 2021: Dewa Murka ke Mama Farah, Masa Lalu Nana Dibongkar Alya!

“Orang kritis dibilang radikal. Tidak cocok dengan pemerintahan dibilang radikal, yang konsisten, berani berhadapan dengan penegak hukum lainnya seperti Novel Baswedan dibilang radikal,” katanya.

Padahal jika bicara mengenai KPK, kata Refly, orang-orang berani lah yang seharusnya dikumpulkan karena memberantas korupsi bukan hal mudah.

“Padahal kalau kita bicara mengenai KPK, justru orang-orang yang berani itulah yang harus dipelihara (dan) dikumpulkan di KPK, karena pemberantasan korupsi adalah tugas yang sangat berat,” katanya.

Baca Juga: Bipang Bukanlah Satu-satunya Kesalahan, Jokowi Sudah Lakukan Kesalahan Sejak 2014

Lebih lanjut Refly bertanya-tanya kenapa soal mengenai pemberantasan korupsi itu tidak ada dalam TWK. Bahkan Refly sampai memberikan contoh pertanyaan yang dianggap lebih baik.

“Persoalannya adalah, kok isu mengenai pemberantasan korupsi itu sendiri tidak diaddress (ditanyakan) di dalam kasus itu (TWK). Kenapa tidak ditanya misalnya strategi untuk melakukan pemberantasan korupsi dan lain sebagainya,” sambung Refly.

Menurut Refly orang yang membuat pertanyaan dalam TWK justru tidak suka memberantas korupsi.

Baca Juga: Tiga Ciput Pilihan Para Hijabers

“Atau (pertanyaannya) adalah atasan menyuruh Anda korupsi dan konsekuensinya dipecat, nah itu kan jelas pertanyaan yang lebih menantang. Sepertinya orang yang membuat pertanyaannya justru tidak suka memberantas korupsi,” imbuhnya.

Dengan adanya pertanyaan kritis yang disebutkan Refly, maka akan terlihat sikap dan sifat pegawai KPK.

“Kan harusnya seperti itu sehingga kita akan lihat, apakah orang ini jenis yang ragu-ragu, tegas, atau yang bagaimana. Karena variasi jawaban itu kan menunjukkan (tindakan pegawai),” terangnya.

Baca Juga: 7 Manfaat Wudhu untuk Kesehatan dan Kecantikan, Salah Satunya Bisa Membuat Awet Muda

Sayangnya pertanyaan yang ditanya adalah soal jilbab dan lainnya. Melalui TWK, kata Refly, terlihat bahwa rezim betul-betul takut akan hal yang berbau Islam.

“Tapi unfortunately yang ditanya adalah soal jilbab dan qunut. Sepertinya kenapa ya? Rezim ini kok sepertinya Islamophobia betul, hal-hal yang berbau Islam ditakutin betul. Seolah-olah kalau orang beragama secara baik, maka orang tersebut pasti radikal,” jelas dia. (Penulis: Muhammad Ibrahim)***

Editor: Noval Anwari Faiz

Sumber: YouTube Refly Harun

Tags

Terkini

Terpopuler