Kembali Kritik Sri Mulyani, Said Didu: Menteri yang Sama yang Membuat Utang di Masa Lalu

- 28 Oktober 2021, 12:30 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani /Syaiful Amri/Kemenkeu/Agus
Menteri Keuangan Sri Mulyani /Syaiful Amri/Kemenkeu/Agus /
 
GALAJABAR - Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu kembali memberikan kritikan pedas kepada Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani. 
 
Kali ini Said Didu memberikan fakta lain dalam menanggapi pernyataan Sri Mulyani terkait tingginya utang Indonesia karena warisan masa lalu. 
 
Fakta tersebut kembali dipaparkan oleh Said Didu melalui akun media sosial Twitter miliknya @msaid_didu pada Kamis, 28 Oktober 2021 pagi. 
 
 
Said Didu menyatakan bahwa yang membuat utang di masa lalu adalah Menteri yang sama, yaitu Sri Mulyani, dan menteri itu juga yang menyatakan bahwa utang saat ini adalah karena beban masa lalu. 
 
"Dan yg membuat utang adalah Menteri yg sama - dan Menteri tsb  menyatakan bhw utang saat ini krn beban utang masa lalu," kata Said Didu dikutip Galajabar dari Twitter miliknya. 
 
Sebelumnya, Mantan Sekretaris Kementerian BUMN itu pun membeberkan fakta terkait warisan utang masa lalu yang disampaikan Sri Mulyani. 
 
 
"Warisan masa lalu? Mari bicara data," tulis Said Didu dikutip Galajabar dari Twiter miliknya pada Rabu, 27 Oktober 2021. 
 
Said Didu menyatakan bahwa utang Indonesia pada tahun 2014 masih mencapai sekitar Rp2.600 trilyun. 
 
Semenetara pada saat ini di tahun 2021, utang Indonesia sudah mencapai Rp6.700 trilyun. 
 
"Dan yang menambah utang dari periode 2004 - 2014 dari sekitar Rp1.400 triliun menjadi sekitar Rp2.600 triliun," katanya. 
 
 
"Setahu saya Menkeunya sama dengan yang menambah dari periode 2014 - 2021 menjadi sekitar Rp6.700 triliun. Semoga jelas," tandasnya. 
 
Sebelumnya, diketahui Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa utang Indonesia sudah parah sejak puluhan tahun yang lalu. 
 
Kemudian, pemilik nama lengkap Sri Mulyani Indrawati itu mengungkapkan bahwa utang semakin memburuk saat Krisis Moneter pada 1997-1998. 
 
 
Sebelumnya, Menteri Keuangan tersebut pun mengatakan lonjakan utang Indonesia tidak terjadi begitu saja. Lonjakan utang itu terjadi karena adanya obligasi. 
 
“Waktu ada krisis 1997-1998 dengan adanya bail out, makanya utang kita (negara) sangat tinggi karena obligasi. Jadi ujung-ujungnya adalah beban negara,” paparnya. 
 
Sri Mulyani pun mengatakan pada saat itu banyak perusahaan dan perbankan yang meminjam dolar Amerika Serikat (AS), termasuk obligasi pemerintah.***

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x