Dalam artikel bertajuk Resesi Seks dan Waithood: Mengapa Banyak Perempuan Pilih Menunda Menikah? yang ditulis dosen Sosiologi Islam Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, Musahwi, yang tayang di The Conversation disebutkan, perempuan Indonesia mulai menunda menikah pada usia matang.
"Ini sebagian besar dapat dimaknai bahwa hasrat seks dan memproduksi keturunan dengan seorang laki-laki dalam rumah tangga bagi perempuan mulai bergeser," katanya.
Ada empat alasan utama perempuan milenial menunda pernikahan, yakni:
1. Identitas digital masyarakat
Pengaruh digitalisasi di Indonesia pada kehidupan masyarakat telah memberi ruang publik bagi perempuan untuk mengekspresikan diri. Wacana kebebasan perempuan untuk memilih antara peran domestik, kosmopolitan atau menjalani keduanya, sekaligus mendobrak stereotip perempuan yang kerap dicap 'kaum terbungkam'.
Musahwi juga bilang, pengetahuan membuat pola pikir mereka menjadi lebih luas dan terbuka dalam memaknai hidup dan membentuk 'kuasa' atas kontrol dirinya sendiri. Ini menjadikan mereka lebih mandiri dan terbuka berbagai dengan pilihan hidup, termasuk menunda menikah.
2. Beban sebagai sandwich generation
Musahwi mengungkapkan, suatu studi menyebutkan bahwa faktor ekonomi menjadi penyebab paling masuk akal berkembangnya fenomena waithood. Sebab, kondisi ekonomi global yang terus merosot telah memicu kekhawatiran terhadap kesenjangan kondisi keuangan seseorang ketika sudah menikah.
Apalagi jika posisi perempuan dalam keluarga adalah sebagai tulang punggung finansial. Situasi sandwich generation membuat tidak sedikit perempuan yang melupakan sejenak prioritas untuk menikah.
3. Berpendidikan dan bekerja: bentuk kontrol diri perempuan