Ditemukan, Kelenjar Baru yang Dapat Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Kanker

- 22 Oktober 2020, 16:46 WIB
DailyMail
DailyMail /

GALAJABAR - Para peneliti yang tengah menguji pemindai kanker baru tanpa sengaja menemukan satu set kelenjar di bagian atas tenggorokan. Ilmuwan Belanda itu yakin telah menemukan organ baru di tenggorokan manusia. 

Tim percaya organ temuan terbaru yang dinamai kelenjar ludah tubarial ini membantu menjaga area di belakang hidung terlumasi dengan baik.

Menurut laporan yang diterbitkan pada bulan lalu via Radioterapi dan Onkologi, menghindari kelenjar ini saat pengobatan radiasi pasien kanker dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. 

Baca Juga: Tokoh Religi Kenamaan Amerika Serikat: Setelah Trump Menang, Asteroid Akan Akhiri Kehidupan di Bumi

Para ilmuwan dari Institut Kanker Belanda di Amsterdam melakukan pemindaian PSMA PET-CT baru yang berfungsi mengidentifikasi kanker prostat dengan menggunakan kombinasi pemindaian tomografi terkomputerisasi (CAT) dan pemindaian tomografi emisi positron (PET).

Dokter menyuntikkan pelacak radioaktif pada pasien untuk melacak jalurnya. Menurut Live Science, prosedur ini sangat baik untuk mendeteksi tumor prostat yang bermetastasis, sekaligus mendeteksi jaringan kelenjar ludah.

Dikutip dari DailyMail, Kamis, 22 Oktober 2020, ketika tim menyuntikkan pelacak pada pasien, dua area yang tidak terduga menyala di bagian belakang nasofaring, area di belakang hidung.

Baca Juga: Terungkap, Inilah Alasan Robert Rene Alberts Selalu Memakai Topi Khasnya

“Kelenjar yang panjangnya sekitar 1,5 inci tersebut mirip dengan kelenjar ludah utama yang sudah dikenal pada tubuh manusia,” kata ahli onkologi radiasi Wouter Vogel.

"Kita memiliki tiga set kelenjar ludah yang besar, tapi tidak di area itu," ungkapnya.

“Sejauh yang kami ketahui, satu-satunya kelenjar ludah atau mukosa di nasofaring berukuran kecil secara mikroskopis, dan sekitar 1.000 tersebar merata di seluruh mukosa. Jadi, bayangkan betapa terkejutnya kami ketika menemukan ini.”

Baca Juga: Sempat Mandek 2 Tahun, Pemprov dan DPRD Jabar Lanjutkan Pembahasan Raperda Pesantren

Kelenjar itu terlihat pada 100 pasien yang scanannya mereka pelajari. Vogel dan ahli bedah Matthijs Valstar menyelidiki efek samping radiasi pada pasien dengan tumor kepala dan leher.

“Terapi radiasi dapat merusak kelenjar ludah, yang dapat menyebabkan komplikasi. Pasien mungkin mengalami kesulitan makan, menelan atau berbicara, ini bisa menjadi beban.”

Menurut Vogel, radiasi dapat menyebabkan efek samping yang sama pada kelenjar ludah tubarial.

Baca Juga: Inilah Tujuh Poin Pelanggaran Sasaran Operasi Zebra Lodaya, 26 Oktober Hingga 8 November 2020

Dari lebih 700 kasus, Vogel dan Valstar menemukan semakin banyak radiasi yang dikirim pada kelenjar yang baru ditemukan ini, semakin banyak komplikasi yang dihadapi pasien.

"Secara teknis sangat mungkin menghindari efek radiasi pada lokasi yang baru ditemukan dari sistem kelenjar ludah ini, caranya sama seperti yang kami coba lakukan untuk menyelamatkan kelenjar yang sudah diketahui sebelumnya," jelas Vogel.

"Langkah kami selanjutnya adalah mencari cara terbaik untuk menyelamatkan kelenjar baru ini dari radiasi."

Baca Juga: Gawat, Afrika Selatan Larang Warga Indonesia Masuk karena Tingginya Kasus Covid-19

Apabila brhasil, pasien akan mengalami lebih sedikit efek samping yang tentunya meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan setelah perawatan. (Penulis: Mia Fahrani)***

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x