Prancis Perintahkan Para Pejabat Tinggalkan Turki Usai Erdogan Sebut Macron Perlu Perawatan Mental

- 26 Oktober 2020, 13:55 WIB
DailyMail
DailyMail /

Baca Juga: Macan Tutul Betina yang Ditemukan Terluka di Ciwidey Akhirnya Mati

Paty menjadi sasaran bully atas pilihan materi pelajarannya. Ia memperlihatkan gambar yang sama yang memicu serangan berdarah oleh pria bersenjata di kantor majalah satir Charlie Hebdo lima tahun lalu.

Hubungan antara Macron dan Erdogan semakin tegang karena masalah geopolitik mulai dari sengketa maritim Yunani-Turki hingga konflik antara Armenia dan Azerbaijan.

Diplomat utama Uni Eropa, Josep Borrell menyebut komentar Erdogan pada hari Sabtu itu tidak dapat diterima dan mendesak Turki untuk menghentikan  konfrontasi berbahaya semacam ini.

Baca Juga: SM Entertainment Secara Resmi Mengumumkan Debut Girl Group Baru aespa, Bulan Depan!

Kemarahan pada Macron tumpah di jalanan sejumlah negara mayoritas muslim.
Di Deir Al-Balah di Jalur Gaza, warga Palestina membakar potret Macron, menyebut komentarnya sebagai 'serangan dan penghinaan terhadap Islam.'

Maher al-Huli, seorang pemimpin Hamas mengatakan,  “Kami mengutuk komentar Presiden Prancis ... dan siapa pun yang menyinggung Nabi Muhammad, baik melalui kata-kata, tindakan, gerak tubuh atau gambar.”

Sementara Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menuduh Macron menyerang Islam.

Melalui Twitter Khan menyebut sebagai pemimpin Prancis macron harusnya  menyatukan warga dan menolak ruang untuk ekstremis. Bukannya menciptakan polarisasi lebih lanjut  dengan marginalisasi yang mengarah pada radikalisasi.

Baca Juga: PM Pakistan Surati Mark Zuckerberg Minta facebook Blokir Konten Islamofobia

Di Libya, pengguna media sosial menyerukan demonstrasi pada Minggu sore. Mufti Sadek al-Ghariani, pemimpin agama kontroversial Afrika Utara mengatakan, “Jika seorang pemimpin muslim membuat pernyataan rasis dan permusuhan yang sama tentang Barat seperti yang dilakukan Macron tentang Islam, dia akan dituduh sebagai ekstremis, rasis dan teroris.”

Beberapa kota di Libya juga menggelar unjuk rasa yang diwarnai poster  bertuliskan slogan perjuangan dan gambar Macron yang dicorat-coret.

Di Tripoli, seorang demonstran Fatima Mahmoud (56) yang juga ibu rumah tangga menyatakan, “Sebagai muslim, kewajiban kami untuk menghormati semua nabi. Jadi kami mengharapkan hal yang sama dari semua agama lain.”***

Halaman:

Editor: Brilliant Awal

Sumber: Galamedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x