Israel: Iran Memiliki Gudang Atom Rahasia, Iran: IAEA Juga Harus Periksa Israel

- 17 November 2020, 11:53 WIB
TEMBOK dan kawat berduri yang memisahkan Israel dengan Palestina.*
TEMBOK dan kawat berduri yang memisahkan Israel dengan Palestina.* /pixabay

GALAJABAR - Iran telah secara terbuka mengumumkan semua pelanggaran terhadap kesepakatan nuklir, setelah AS menarik diri dari kesepakatan secara sepihak pada Mei 2018.

Sejak AS menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran dan menerapkan sanksi baru, Teheran mengancam negara-negara lain yang ikut serta dalam kesepakatan nuklir JCPOA, yaitu Rusia, Inggris, Jerman, Cina, dan Prancis. Presiden Iran, Hassan Rouhani menyatakan akan melanjutkan pengayaan uranium apabila lima negara yang terlibat dalam kesepakatan tidak  melindungi negaranya dari sanksi AS.

Pernyataan pemimpin Iran itu merespons aksi Amerika Serikat yang menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran. Dalam kesepakatan pada 2015 itu, negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran.

Baca Juga: Donald Trump Pertimbangkan Luncurkan Serangan Rudal terhadap Fasilitas Nuklir Iran di Akhir Jabatan

Sebagai timbal balik, Iran akan menghentikan segala bentuk pengembangan senjata rudal dan nuklirnya, termasuk dengan pengayaan uranium.

Tujuan dari perjanjian itu adalah untuk mencegah Iran membangun senjata nuklir walaupun berkali-kali negara Timur Tengah tersebut menyanggah tuduhan itu.

Analisis yang dikutip secara luas oleh Asosiasi Pengendalian Senjata yang berbasis di Washington menunjukkan bahwa Iran sekarang memiliki lebih dari dua kali lipat bahan yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir.

Namun, dikutip dari Daily Mail, Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi mengatakan kepada The Associated Press dalam sebuah wawancara, bulan lalu, bahwa agensinya tidak membagikan penilaian itu.

Baca Juga: Anies Baswedan Penuhi Panggilan Polda Metro Jaya, Saya Datang ke Sini Sebagai Warga Negara

Sebelum menyetujui kesepakatan nuklir, Iran memperkaya uraniumnya hingga kemurnian 20 persen, yang merupakan langkah teknis singkat dari level senjata 90 persen.

Pada 2013, persediaan uranium yang diperkaya Iran sudah lebih dari 7.000 kilogram (7,72 ton) dengan pengayaan lebih tinggi, tetapi tidak untuk membuat bom.

Dalam laporan triwulanan yang dibagikan kepada anggota pekan lalu, IAEA mengatakan masih memiliki pertanyaan atas penemuan tahun lalu, mengenai partikel uranium buatan manusia di sebuah fasilitas di luar Teheran yang tidak diumumkan oleh Iran.

Baca Juga: Longsor Tutup Jalan di Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya, Akses Lalu Lintas Terputus

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengungkapkan bahwa Iran memiliki fasilitas rahasia lain di Teheran, gudang nuklir rahasia untuk menyimpan sejumlah besar peralatan dan material dari program senjata nuklir rahasia.

Amerika Serikat dan Israel telah beberapa kali menekan IAEA untuk melihat fasilitas Turquzabad, yang oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu digambarkan kepada PBB pada 2018 sebagai 'gudang atom rahasia'.

Baca Juga: Gempa Berkekuatan 6,3 Guncang Sumatera Barat

Menurut laporan IAEA, 'komposisi partikel yang diubah secara isotop' yang ditemukan di sana 'mirip dengan partikel yang ditemukan di Iran di masa lalu, yang berasal dari komponen sentrifugal yang diimpor'. Dikatakan, tanggapan Iran atas pertanyaan bulan lalu, 'tidak memuaskan'.

"Menyusul penilaian atas informasi baru ini, badan tersebut memberi tahu Iran bahwa mereka terus menganggap, tanggapan Iran tidak dapat dipercaya secara teknis," tulis IAEA pekan lalu. 'Penjelasan lengkap dan cepat dari Iran ... diperlukan.'

Direktur Eksekutif IAEA, Rafael Grossi mengatakan kepada Sidang Umum PBB, Rabu lalu, evaluasi akan terus dilakukan untuk memastikan  tidak ada bahan nuklir yang dirahasiakan Iran.

Baca Juga: Kabar Gembira Untuk Guru Madrasah Non PNS, Kemenag Bakal Berikan Subsidi Gaji

Dia mengatakan dalam pidato di hadapan 193 anggota badan dunia, yang dilakukan secara  virtual dampak pandemik Covid-19, dia menyambut baik kesepakatan yang dia capai dengan para pejabat Iran di Teheran, termasuk akses ke dua fasilitas nuklir.

Duta Besar Iran untuk PBB, Majid Takht Ravanchi mengatakan, sangat penting bagi IAEA untuk mempertimbangkan informasi mengenai kegiatan nuklir Arab Saudi, saingan regionalnya.

"Jika Arab Saudi mengembangkan program nuklir damai, itu harus dilakukan dengan cara yang sangat transparan dan mengizinkan pengawas badan tersebut (IAEA) untuk memverifikasi kegiatannya," katanya.

Baca Juga: Lirik Lagu Wes Tatas Milik Happy Asmara Beserta Artinya, Ternyata Menyayat Hati

Dia mengatakan, IAEA juga perlu mengambil 'pendekatan yang tidak memihak dan profesional' terhadap Israel, yang bukan pihak yang terlibat dalam Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan secara luas diyakini memiliki senjata nuklir. ***

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah