Keren! Mahasiswa ITB Ciptakan Depression Test, Inovasi Pendeteksi Stres Melalui Urine, Akurasinya 90 Persen!

23 April 2022, 09:16 WIB
Ilustrasi Stres: Keren! MahasiswaITB Ciptakan Depression Test, Inovasi Pendeteksi Stres Melalui Urine, Akurasinya 90 Persen /pixabay/


GALAJABAR - Stres adalah perubahan reaksi tubuh ketika menghadapi ancaman, tekanan, atau situasi yang baru. Ketika menghadapi stres, tubuh akan melepaskan hormon adrenalin dan kortisol.

Kondisi ini membuat detak jantung dan tekanan darah akan meningkat, pernapasan menjadi lebih cepat, serta otot menjadi tegang. Melihat permasalahan stres yang dapat dialami setiap orang, mahasiswa ITB membuat sebuah alat deteksi dini sederhana gejala stres berdasarkan pemeriksaan urine

Alat hasil ciptaan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Pekan Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta ini diberi nama “Depression Test”.

Baca Juga: Jelang Pertandingan Serie A Coppa Italia, Kebangkitan AS Roma Jadi Kewaspaddan Inzaghi: Laga Rasa Final

Kelompok ini diketuai oleh Maha Yudha Samawi (Biologi, 2019) dan beranggotakan Alifia Zahratul Ilmi (Teknik Biomedis, 2019) dan Gardin Muhammad Andika Saputra (Teknik Material, 2019).

Gardin menjelaskan sederhananya orang yang mengalami stres pastinya akan mengalami perubahan konsentrasi pada beberapa zat dalam urine mereka.

“Jadi kami memanfaatkan fase ini. Karena senyawa-senyawanya mengalami perubahan karakter spesifik kalau sudah dikasih sinyal. Dari sana, kami bisa mendeteksi orang yang mengikuti percobaan ini sudah sampai tahap depresi atau belum,” jelas Gardin dalam keterangan medianya, Sabtu, 23 April 2022.

Baca Juga: Ini Krietria dan Kebijakan Pelatih Persib dalam Rekrutmen Skuad Maung Bandung: Dahulukan Hubungan Lokal

Inovasi ini bermula dari pengembangan tugas yang dikerjakan Yudha saat menjalani Tahap Persiapan Bersama di SITH ITB.

Proses pembuatan alat ini dimulai saat masa pandemi. Karena terdapat berbagai kendala yang menghadang pada masa pandemi. Progres dari pembuatan alat ini tergolong lambat dan belum 100 persen selesai.

Gardin juga bercerita alat yang mereka ciptakan berkaitan dengan lomba, jadi banyak hal-hal tidak terduga yang terjadi.

“Tapi dari proses ini kita bisa belajar lebih jauh tentang ke depannya sampai rasanya habis presentasi itu kaya kami habis selesai sidang,” cerita Gardin.

Baca Juga: Waspada! Hujan Guyur Jabar Sepanjang Hari: Prakiraan Cuaca Wilayah Jawa Barat Sabtu, 23 April 2022

Berbagai kendala juga dihadapi oleh kelompok ini dalam proses perancangan alat yang mereka lakukan. Kendala utama yang mereka hadapi adalah transisi waktu yang mereka alami.

Proposal untuk inovasi ini dibuat saat mereka masih TPB, namun alatnya baru bisa dibuat saat tahun kedua perkuliahan yang di mana waktu tersebut banyak diisi oleh kegiatan orientasi atau ospek jurusan.

Selain itu, mereka juga merasa saat itu wawasan yang mereka miliki masih dasar. Ditambah lagi, masa pandemi membuat kegiatan ini tak bisa dilakukan di laboratorium yang akhirnya menghambat proses pengambilan data dan analisis.

Namun, bersyukurnya mereka berhasil berjuang dan berkoordinasi untuk mengatasi permasalahan ini ditengah kesibukan kuliah.

Baca Juga: Ini Arti Asmaul Husna: Al Wahhab, Ar Rozzaq, Al Fattah, Semoga Allah Memberi Kita Rezeki yang Berkah

Hal penting yang harus dilakukan untuk melanjutkan penelitian ini adalah menyempatkan waktu untuk melakukan diskusi, menguatkan komitmen, mengatur skala prioritas, dan mengetahui sistem kerja di jurusan kuliah masing-masing untuk dapat mengatur waktu.

Selain itu, pembagian tugas yang efisien juga menjadi kunci sukses dari pengembangan alat ini. Pembagian tugas yang diterapkan di kelompok ini berdasarkan dari jurusan kuliah setiap anggotanya.

Yudha bertugas untuk membuat planning dan mengatur urusan sumber daya. Gardin bertugas untuk urusan administrasi dan pembuatan laporan. Sementara Alifia dari Teknik Biomedis bertugas untuk membuat desain arduino, desain grafis, dan presentasi.

Baca Juga: Jadwal Lokasi SIM Keliling Polres Cimahi Hari Ini Sabtu 23 April 2022

Hasilnya, alat yang mereka rancang ini memiliki akurasi di angka 90 persen. Hasil alat ini dikalibrasi dengan tes BDI (Beck Depression Inventory) yang saat ini umum digunakan di kedokteran jiwa. Sehingga terdapat 3 level penderita depresi, yakni rendah, sedang, dan berat.

Tentunya, inovasi yang mereka ciptakan ini sangat diharapkan untuk bermanfaat bagi banyak orang di masa depan.

“Kami berharap alat ini akan ada disetiap fasilitas kesehatan indonesia. Jadi orang yang memiliki masalah mental jadi lebih mudah untuk mengatasi dan menanggulanginya sehingga orang tersebut tidak perlu melalui berbagai hal rumit yang menghambat kesembuhannya,” tegas Gardin. ***

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah

Tags

Terkini

Terpopuler