Minum Air Mineral Tidak Sesuai Takaran Bisa Sebabkan Penyakit Ini, Cari Tahu Dari Pakarnya

15 Januari 2024, 22:18 WIB
Ilustrasi air mineral. /Freepik/pressfoto/

 

GALAJABAR - Ternyata kita harus mengkonsumsi air mineral dengan takaran yang sesuai dengan usia. 

Rekomendasi ini disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI) dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH.

Pringgodigdo berpendapat bahwa minum itu sangat berpengaruh bagi tubuh, asupan cairan harus cukup, melalui minum air putih.

"Namun tentu ada takaran dan batasan tertentu. Hal itu penting diperhatikan agar tidak merusak ginjal," ujarnya.

Baca Juga: Bagikan Ribuan Masker dan Air Purifier Tanda Kepedulian Polytron dalam Hadapi Polusi Udara

Pringgodigdo menambahkan bahwa air memiliki peran yang vital dalam menjaga fungsi tubuh sehingga minum air mineral atau biasa disebut air putih, sangat penting untuk kesehatan.

Ada beberapa alasan mengapa air terbaik untuk tubuh itu meliputi pemeliharaan keseimbangan cairan, penyediaan nutrisi, pembersih racun, menjaga keseimbangan elektrolit dan pH tubuh, mempertahankan kesehatan kulit, penyokong fungsi otak, hingga pencegahan dehidrasi dan berbagai penyakit.

Selain itu, minum air yang cukup juga dapat membantu mencegah berbagai masalah kesehatan, seperti batu ginjal, infeksi saluran kemih, dan sembelit.

Namun penting dicatat bahwa kebutuhan cairan tiap individu berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor seperti tingkat aktivitas fisik, iklim, kondisi kesehatan, dan utamanya usia

Baca Juga: PDAM Tirtawening Bikin Saluran Baru Air Bersih untuk 56.000 Warga Bandung Kota

Bagi usia remaja dan dewasa, kebutuhan air rata-rata yang dapat dicukupi adalah sebanyak dua liter per hari. Namun konsumsi air mineral lebih dari jumlah tersebut juga tidak baik.

“Rata-rata orang dewasa dua liter (air mineral) cukup, kalau masih sehat biasanya dua liter cukup, karena bisa kalau kelebihan tidak bagus juga, bisa jadi tubuh terlalu banyak mengeluarkan carian, jadi buang air kecil terus, dan yang baik kita harus menjaga kesimbangan,” ujar Pringgodigdo yang juga merupakan dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi saat dilansir dari Antaranews.

Sementara itu, bagi yang berusia lanjut (di atas 60 tahun), ia menyarankan untuk mengonsumsi air mineral tidak kurang dan tidak lebih dari 1,5 liter per hari.

Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bayi usia 0–6 bulan memerlukan cairan 700 mili liter (mL) per hari, bayi 7–12 bulan memerlukan cairan 800 mL per hari, anak 1–3 tahun 1,3 liter, anak 4–8 tahun 1,7 liter.

Baca Juga: Rekomendasi MENU BUKA PUASA SEHAT: Air Nabeez, Minuman Kaya Khasiat Kesukaan Rasulullah SAW

Penyakit Ginjal Di Usia Muda

Selain memenuhi kebutuhan cairan tubuh, penting juga melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan ginjal secara berkala ke dokter sedini mungkin.

Sebaiknya  pemeriksaan ginjal pada tiap orang yang telah menginjak usia 15 tahun ke atas.

Pasalnya, penyakit ginjal merupakan salah satu gangguan kesehatan yang gejalanya sering tidak terdeteksi, sebelum akhirnya telah mencapai stadium tinggi. Hipertensi merupakan pemicu utama penyakit ginjal dan penyakit ginjal pada usia muda saat ini juga terus meningkat.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2018, pada penduduk usia 15 tahun ke atas didapatkan faktor risiko seperti proporsi masyarakat yang kurang makan sayur dan buah sebesar 95,5 persen, proporsi kurang aktifitas fisik 35,5 persen, proporsi merokok 29,3 persen, proporsi obesitas sentral 31 persen dan proporsi obesitas umum 21,8 persen.

Baca Juga: SAHUR SEHAT Ramadhan 2023 Jangan Asal Kenyang, Minum Air Putih Minimal Dua Gelas

Data tersebut di atas menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2013.

Menurut Pringgodigdo, penyakit ginjal bisa menyerang usia muda, di atas 15 tahun itu sudah harus segera pemeriksaan diri.

Gejala penyakit ginjal hingga saat ini juga belum bisa terdeteksi, hanya saja salah satu gejalanya itu kalau urin berbusa. Tapi kalau sudah berbusa itu sudah terlambat, kalau yang belum parah biasanya tidak ada tanda-tandanya, itu sebabnya perlu pemeriksaan rutin ke dokter.***

Editor: Lina Lutan

Tags

Terkini

Terpopuler