"Pasarnya bagus, karena kalau makanan orang Indonesia biasanya selalu butuh yang ada unsur cabainya, seperti di tiap restoran juga butuh sambal pedas. Selain itu, cara menanamnya lebih mudah, karena tidak butuh lahan besar, dan bisa di pekarangan pakai polybag pun jadi," katanya.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Ruang Isolasi di Cimahi Hampir Penuh
Dalam pelatihan tersebut, para peserta kemudian memeragakan cara pengolahan cabe merah, hingga menjadi abon cabe beraneka rasa. Ajay bersama Ketua TP PKK Kota Cimahi Lucyani M. Priatna berkesempatan menyicipi abon cabe yang dicocol dengan buah-buahan.
"Produk yang cukup bagus dan masa kadaluarsa bisa lama sampai 1 tahun, dibanding hasil panen biasa suka langsung busuk kalau tidak dikonsumsi. Apalagi sudah dikemas dengan baik bisa dipasarkan ke berbagai daerah," ucapnya.
Pemkot Cimahi menjanjikan akan membantu pemasaran produk tersebut asal memenuhi standar kebutuhan di pasaran.
Baca Juga: Wagub DKI: Foto Gubernur Anies Harus Ditanggapi Secara Bijak
"Jangan lupa didaftarkan paten dulu, saat ini belum ada nama, tapi diharapkan kita bisa muncul nama yang mengangkat Kota Cimahi," ungkapnya.
Menurut Ajay, kondisi ketahanan pangan di Kota Cimahi pada masa pandemi ini cukup stabil. Akan tetapi, perlu dicermati bahwa kedepannya penganekaragaman konsumsi pangan harus terus dilakukan.
"Dengan demikian, perlu ada perluasan menu makanan sehari-hari di kalangan masyarakat agar lebih beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga mendukung percepatan diversifikasi konsumsi pangan di Kota Cimahi," terangnya.
Baca Juga: Potensi Longsor di Jalur Utama Selatan Cianjur Masih Mengancam