Miris! Sudah 4 Bulan Tukang Gali Kubur di Pemakaman Khusus Covid-19 Kota Cimahi Tak Terima Upah

- 16 Juni 2021, 19:23 WIB
Tukang gali kubur di pemakaman khusus Covid-19 di wilayah Cipageran, Kecamatan Cimahi Selatan mengaku  belum mendapat upah yang dijanjikan sejak Februari 2021.
Tukang gali kubur di pemakaman khusus Covid-19 di wilayah Cipageran, Kecamatan Cimahi Selatan mengaku belum mendapat upah yang dijanjikan sejak Februari 2021. /Laksmi Sri Sundari/Galajabar/
GALAJABAR - Tukang gali kubur di pemakaman khusus Covid-19 di wilayah Cipageran, Kecamatan Cimahi Selatan mengaku  belum mendapat upah sejak Februari 2021.
 
Dengan begitu, sudah sekitar empat bulan lebih mereka tidak menerima haknya. Sementara hampir setiap hari mereka menggali  lubang kuburan untuk jenazah Covid-19.
 
Cecep Suganda (53), salah seorang tukang gali kubur mengatakan, sejak pertama menggali lubang kuburan untuk pasien yang meninggal akibat Covid-19, ia mengaku baru sekali menerima bayaran.
 
 
"Waktu itu pernah nerima sekali Rp 300 ribu, tapi setelah itu sejak Februari sampai sekarang belum nerima lagi," ungkap Cecep, Rabu  16 Juni 2021.
 
Menurutnya, ia dan ketiga tukang gali kubur lainnya dimajukan mendapat upah sebesar Rp480 ribu per lubang. Cecep menyebutkan, berdasarkan hitungan, ada 98 lubang pusara yang seharusnya sudah jadi pundi-pundi rupiah bagi mereka.
 
Artinya, jika per lubang dibayar Rp480 ribu, total keseluruhan upah yang seharusnya mereka terima mencapai Rp47 juta lebih.
 
"Rp480 per lubang itu dibagi empat. Tapi kami belum menerima," ucapnya.
 
 
Cecep dan rekan sesama penggali kubur pun
 sudah menanyakan terkait upah tersebut kepada pihak Pemkot Cimahi atau yang mewakilinya. Namun informasinya hingga kini belum bisa dicairkan.
 
"Iya otomatis ke istri juga enggak setor. Untung istirahat saya ada warung, jadi untuk makan ngandelin dari warung dulu," beber Cecep.
 
Meski belum menerima upah berbulan-bulan, para tukang gali kubur Covid-19 itu tetap profesional menjalankan tugasnya. Dalam sehari, ada saja lubang kuburan yang harus digali sebagai antisipasi adanya jenazah yang datang.
 
 
Mereka harus tetap siaga siang dan malam. Sebab, jenazah yang hendak dikuburkan datangnya tidak menentu. Apalagi belakangan ini jenazah yang dikuburkan mengalami sedikit peningkatan dari sebelumnya.
 
"Jadi harus stanby terus. Pas semalam juga ada yang dikuburkan jam 11. Kan kalau yang bawanya enggak mau nguburin, kita yang harus tangani. Pas minggu kemarin ada sampai 5 jenazah," pungkasnya.
 
Dedi (40),  tukang gali kubur lainnya mengaku, sejak awal dirinya terjun menggali kubur khusus Covid-19, baru tahun ini pembayarannya mandek. Ia pun sama, harus pulang dengan tangan kosong ke rumah.
 
 
"Tahun lalu itu lancar. Jadi habis gali, masukin jenazah langsung dibayar. Tapi sejak Februari jadi mandek. Jadi sekarang itu istilahnya gali lubang tutup lubang," ujarnya.
 
Ia berharap Pemkot Cimahi segera membayarkan hak mereka dalam beberapa bulan terakhir. Sebab, ia malu jika terus-terusan mengandalkan penghasilan istri yang bekerja di tempat basreng.
 
"Iya harapannya cepet dibayar biar bisa setor lagi ke istri. Paling kita tambahan ini ada jualan batu nisan, tapi kan gak setiap yang datang mau beli," tukas Dedi.
 
 
Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (DPKP) Kota Cimahi, M Nur Kuswandana menjelaskan, upah untuk tukang gali kubur Covid-19 sendiri berasal dari Bantuan Tak Terduga (BTT) yang diusulkan ke Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Cimahi.
 
"Di dinas sudah diproses. Itu kan dari BTT, prosesnya butuh waktu," sebutnya.***

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah