GALAJABAR - Faktor utama banyak masyarakat Indonesia yang terjebak kasus penipuan investasi keuangan adalah rendahnya literasi keuangan di masyarakat.
Masyarakat Indonesia banyak yang belum mengerti bagaimana meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan.
Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Winwin Yadiati, S.E., M.Si., Ak., data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 menunjukkan, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 38,03 persen.
"Sementara pada kelompok milenial usia 18 – 25 tahun tingkat literasi keuangannya baru mencapai 32,1 persen, sedangkan pada kelompok usia 25 – 35 tahun baru mencapai 33,5 persen," ungkap Wiwin dalam keterangan persnya, Senin, 11 April 2022.
Lebih lanjut Guru Besar Departemen Manajemen Bisnis FEB Unpad tersebut menjelaskan, kasus penipuan investasi keuangan sudah terjadi sejak tiga dekade lalu. Korbannya bahkan mencakup hingga kelompok terpelajar.
“Malah banyak yang sampai pinjam ke bank karena termakan omongan daripada disimpan di bank mending digunakan untuk menghasilkan untung besar,” ujarnya.
Pahami Cara Berinvestasi Karena itu, literasi keuangan, termasuk di dalamnya perencanaan dan pengelolaan keuangan, penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di hari ini dan menjamin tercukupinya kebutuhan di masa depan.
Winwin mengatakan, secara umum literasi keuangan individu meliputi kemampuan dalam mengelola keuangan dan kecermatan dalam memilih investasi. Setiap orang perlu cermat memahami tujuan setiap alternatif investasi.