Hal ini disebabkan karena dalam berkomunikasi menggunakan cara berfikir dalam bahasa Indonesia, padahal banyak kebiasaan yang berbeda, bahkan bertentangan. Oleh karena itu perlu pemahaman budaya dan kebiasaan orang Jepang sambil belajar BJ.
Penjelasan kaum linguistik kognitif cukup logis dan bisa diterima, karena lebih menekankan pada alasan-alasan keberterimaan dan ketidak-berterimaan suatu bentuk bahasa secara riil.
Satu hal lagi, peranan fonetik yaitu ilmu yang mengkaji bunyi bahasa, yang juga merupakan cabang linguistik dalam pembelajaran BJ. Antara lain, sumbangan fonetik. dalam pengajaran BJ di antaranya, dalam BJ ada bunyi yang sulit diucapkan oleh pembelajar BJ, yaitu bunyi [ʦɰ].
Bunyi ini terdiri atas konsonan rangkap /ts/ [ʦ] dan vokal /u/ [ɰ]. Selama ini, pengajar hanya berfokus pada konsonan rangkapnya, sebagai bunyi tunggal masih mudah diucapkan.
Tetapi dalam bentuk kosakata sering menjadi [cu]. Kita terbiasa membaca merek Jepang /daihat-su/ atau /daihacu/, /dat-sun/ atau /dacun/, bahkan kata /cunami/ atau /sunami/ itu semuanya pengucapannya tidak benar.
Baca Juga: Lokasi Mobil SIM Keliling Polres Cimahi Hari Rabu 18 Mei 2022, Cek Syarat dan Biayanya
Masalahnya terletak pada perbedaan vokal /u/ dalam BJ dan BI. Bunyi /u/ BJ diucapkan [ɰ] dengan posisi bibir tidak bulat, sedangkan bunyi /u/ BI diucapkan [u] dengan bibir bulat. Jika di depan ada konsonan /ts/ diikuti dengan /u/ BJ akan terdengar bunyi alami, tetapi jika diikuti /u/ BI akan selalu terdengan [cu].
Demikian beberapa contoh kecil dari peranan penting bidang linguistik dalam pendidikan BJ. Untuk itu kita harus mau membaca dan mengkaji hasil penelitian linguitik BJ agar dapat diterapkan dalam pendidikan BJ.***