Penjualan Pupuk Kotoran Sapi Menurun Drastis, Peternak Sapi di Lembang Minta Bantuan

- 16 November 2020, 21:07 WIB
ILUSTRASI sapi.*
ILUSTRASI sapi.* /Pixabay / Alexas_Foto
 
GALAJABAR - Peternak sapi perah di Lembang, Kab. Bandung Barat meminta perhatian serta bantuan pemerintah dalam hal pemasaran pupuk organik berbahan baku kotoran sapi.
 
Selama pandemi Covid-19, peternak merugi karena penjualan pupuk organik kotoran sapi mengalami penurunan drastis, bahkan hampir tak ada yang terjual, sehingga stok pupuk terpaksa ditumpuk di gudang penyimpanan. 
 
"Selama ini kendalanya pemasaran, kalau dijual kepada petani lokal, kita bentroknya dengan kotoran ayam yang hanya dijual Rp 8 ribu per karung. Sedangkan limbah kotoran sapi sekali produksi menghabiskan Rp 14 ribu per karung, terlalu mahal," kata Jajang (54), peternak asal Kampung Batuloceng, Desa Suntenjaya, Lembang, Senin, 16 November 2020. 
 
Jajang menyatakan, prospek penjualan pupuk kotoran sapi sebenarnya cukup menjanjikan karena bisa terjual hingga 2 ton per pekan. Pupuk organik ini dipasarkan ke wilayah Bandung Raya. Namun timbul masalah lain, petani tidak mempunyai alat transportasi untuk mengantarkan pesanan.
 
"Bisa terjual sampai 2 ton per pekan. Namun berhubung alat angkutnya hasil pinjam, kita enggak bisa jualan lagi karena pemasarannya sampai ke Cimahi dan Cibiru. Pernah kita mengajukan ke KPSBU untuk meminjam kendaraan, tapi enggak pernah diizinkan," ujarnya.
 
Jika tak ada dukungan pemerintah, maka secara tidak langsung program Citarum Harum yang dicanangkan pemerintah pusat bisa terhambat sebab para peternak bisa kembali membuang limbah kotoran sapinya ke Sungai Cikapundung.
"Kalau bisa bersaing dengan kotoran ayam, minimal dijual Rp 10 ribu saja sudah beres penjualan, bisa masuk ke petani lokal. Namun sekarang biaya produksinya kemahalan, masa biaya yang Rp 4 ribu harus kita yang nombok. Mungkinkah ada subsidi dari pemerintah?" ujarnya.
 
Sejak pandemi sebanyak 200 karung pupuk hanya teronggok di gudang karena tidak laku dipasarkan. Oleh karena itu, dia menyatakan, di saat seperti inilah peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam membantu peternak kecil seperti dirinya. 
 
"Harusnya pemerintah memberikan solusi dan bantuan di saat seperti ini, karena kami masyarakat sangat membutuhkan bantuan," bebernya. 
Keluhan Jajang ini sudah disampaikan langsung kepada Staf Deputi I Bidang Pengelolaan dan Pengendalian Proritas Nasional Kantor Staf Presiden RI, Trijoko Mohamad Solehoedin saat  berkunjung ke Kampung Batuloceng, beberapa waktu lalu.
 
"Kalau dibantu akses penjualan, tiap hari kita pasti kerjain. Kalau sekadar ditumpuk di saung, dua bulan juga pasti sudah penuh. Ya akhirnya, mau dikemanakan sisa limbahnya, apa mau dibuang lagi ke sungai?" katanya. (Penulis: Ziyan Muhammad Nasyith)***

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x