Bipang Bukanlah Satu-satunya Kesalahan, Jokowi Sudah Lakukan Kesalahan Sejak 2014

10 Mei 2021, 13:46 WIB
Presiden Jokowi pidato menyebut bipang ambawang sebagai kuliner Lebaran. Bipang adalah singkatan dari babi panggang. /sesneg.id/

GALAJABAR - Pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu mengenai larangan mudik dan promosi kuliner khas Indonesia berujung kontroversi.

Pernyataan dan promosi soal bipang ambawang (babi panggang ambawang) pun turut disorot oleh sejumlah tokoh dan masyarakat Indonesia.

Ternyata pernyataan seperti ini dianggap selalu berulang sejak Jokowi menjabat sebagai presiden di periode pertama tahun 2014.

Baca Juga: Tiga Ciput Pilihan Para Hijabers

Menurut Satyo Purwanto selaku Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, pola tersebut terjadi hingga kini di kepemimpinan Jokowi pada periode keduanya.

"Sejak menjabat presiden di tahun 2014, Jokowi kerap melakukan kesalahan yang bersifat elementer dan menjadi kontroversi di masyarakat," ujar Satyo kepada Kantor Berita Politik RMOL, Ahad, 9 Mei 2021, dilansir dari berbagai sumber.

Lebih lanjut, Satyo pun menuturkan beberapa pernyataan Jokowi yang berujung kontroversi seperti utang IMF, kota kelahiran Bung Karno, dan lainnya.

Baca Juga: Tindak Lanjut OTT Bupati Nganjuk, KPK Tangkap 10 Orang

"Sebut saja pidatonya terkait utang IMF, tanda tangan perpres kenaikan uang muka mobil dinas pejabat, undangan untuk BIN yang disebut Badan Intelijen Nasional, kesalahan penyebutan kota kelahiran Bung Karno, dan kali ini masyarakat dibuat gempar dengan menyebutkan bipang untuk oleh-oleh yang bisa dibeli secara online karena adanya larangan mudik Idulfitri," katanya.

Satyo juga menyatakan, dari hampir semua kesalahan tersebut pada umumnya Jokowi berpidato menggunakan teks.

Hal itu tidak bisa dibenarkan mengingat pidato teks berujung kontoversial itu diproduksi oleh institusi resmi pemerintah.

Baca Juga: 7 Manfaat Wudhu untuk Kesehatan dan Kecantikan, Salah Satunya Bisa Membuat Awet Muda

"Kejadian seperti ini mencerminkan begitu cerobohnya birokrasi lembaga kepresidenan, maka mesti diinvestigasi karena mungkin saja adanya dugaan 'insubordinasi' dengan maksud mengakibatkan terjadinya delegitimasi kewibawaan presiden," tandasnya.

Kesalahan berulang ini, kata Satyo, berbanding terbalik dengan pernyataan presiden yang menyebut bahwa prinsipnya adalah belajar dari kesalahan.

Prinsip ini Jokowi sampaikan melalui podcast memperingati Hardiknas bersama Mendikbud-Ristek, Nadiem Makarim.

Baca Juga: Blunder Jokowi Soal Bipang, Ketua MUI: Mari Teladani Pemimpin yang Baik dan Meminta Maaf Saat Teledor

"Bahwa beliau memiliki prinsip salah satunya adalah selalu belajar dari kesalahan, kemudian juga tidak pernah putus asa dan menyukai kompetisi," imbuh Satyo.

Diketahui karena pidato Jokowi mengenai makanan khas, bipang menjadi trending topic di berbagai media sosial yang kemudian menjadi sorotan netizen serta tokoh terkenal. (Penulis: Muhammad Ibrahim)***

Editor: Noval Anwari Faiz

Tags

Terkini

Terpopuler